Biksu Ashin Wirathu: Pendukung Orang Rohingya Adalah Musuh Kami


Sekitar 300 biksu Buddha radikal Myanmar hari Rabu (27/05/2015)  melakukan unjukrasa di Kota Yangon Myanmar. Dengan cara longmarch, mereka memprotes kebijakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menerima pengungsi Rohingya.

Menurut para biksu, warga Rohingya sejak awal adalah imigran. Tidak ada kewajiban bagi Myanmar untuk menampung kembali orang asing yang terombang-ambing di laut.

Stasiun televisi Channel News Asia melaporkan, aksi yang berjalan mulai pagi tadi waktu setempat itu diikuti ratusan biksu sambil membawa spanduk. Salah satu tulisan protes itu terbaca “pendukung orang Rohingya adalah musuh kami.”

Para biksu yang tergabung dalam gerakan ultrakonservatif ‘969’ ini sekaligus mengkritik pemberitaan media internasional yang menyudutkan Myanmar. Menurut mereka, yang bersalah dalam penyelundupan lebih dari 8 ribu imigran di sekitar Asia Tenggara adalah Bangladesh.

Dalam keterangan persnya, biksu radikal menyebut orang Rohingya aslinya dari Bangladesh, bukan dari Myanmar.

Sementara itu, tokoh Buddhis radikal, Ashin Wirathu, ikut serta mendukung unjuk rasa tersebut. Tapi belum jelas apakah dia akan ikut jalan kaki dari jalan utama Yangon menuju stadion utama di pusat kota.

“Masalah manusia perahu ini dipicu oleh ledakan populasi Bangladesh,” kata Wirathu seperti dikutip Myanmar Times.

Belum lama ini, Biksu Buddha Ashin Wirathu menjadi sorotan dunia akibat tragedi pembantaian dan pengusiran Muslim Rohingya. Wajahnya yang tenang, pakaiannya yang sederhana seperti biksu pada umumnya ternyata jauh bertolak belakang dengan apa yang dilakukannya.

Media Barat seperti Majalah Time, New York Times, sampai Washington Post melabelinya sebagai pembenci Muslim dan tokoh penggerak kaum Buddha di Myanmar menyerang Muslim Rohingya. [Baca: Biksu Buddha Pembenci Islam jadi Sorotan Dunia]

Wajah Ashin menghias sample Majalah TIME, ’The Face of Buddhist Terror’ demikian judul besarnya. TIME juga di dalam berita menyebut sosok Ashin Wirathu sebagai ‘Bin Ladin Bangsa Burma’.

Catatan Badan Penanggulangan Pengungsi PBB (UNHCR), masih ada lebih dari 4 ribu pengungsi, termasuk wanita dan anak-anak yang terombang-ambing di lautan Asia Tenggara. Ribuan pengungsi itu tidak memiliki kejelasan nasib, sebab masih menunggu izin masuk Malaysia atau Thailand.

Sementara Indonesia telah menampung hamper 2 ribu pengungsi di Aceh Utara selama dua pekan terakhir. Menurut pemerintah RI, hanya warga Rohingya yang tidak punya kewarganegaraan resmi akan ditampung. Sisa imigran lain akan segera dideportasi.

Sumber: Hidayatullah