Peggy Menangis Mendengar Penuturan Pengungsi Rohingya


Peggy Melati Sukma menangis mendengar penuturan Muahammad Husen salah seorang pengungsi Rohingya yang bisa berbahasa melayu.

"Kita orang tidak dikasih sekolah, kita orang tidak boleh buat rumah bagus, kita orang tidak boleh menikah resmi, kita orang tidak dikasih kartu penduduk, kecuali kita orang mau berpindah agama ke agama budhais dan menggati nama tidak seperti nama muslim, makanya kita orang pergi dari Arakan, mencari penhidupan demi iman dan kelayakan hidup anak-anak kita nantinya..."

Seperti itu penuturan Husen yang membuat air mata mbak Peggy tidak terbendung.

Penggy yang selama ini dengan ACT (Aksi Cepat Tanggap) konsen dalam hal pengumpulan dana untuk Palestina pada Rabu (27/5) sore berkunjung ke Kuala Cangkoy tempat penampungan sementara pengungsi Rohingya di Aceh Utara.

Dalam kesempatan itu mbak Peggy mengajak semua pihak untuk lebih peduli kepada Muslim Rohingya yang teraniaya dan terzalimi di negeri mereka sendiri hingga mereka harus mempertaruhkan nyawa mengarungi lautan untuk mencari tempat menetap yang lebih layak dan bisa beribadah dengan nyaman.

Setelah bersilaturrahim ke barak pengungsian wanita, Peggy menyinggahi posko ACT di Kuala cangkoy dan berdiskusi dengan relawan ACT, berbagi pemikiran dan saran bagaimana menangani pengungsi Rohingya khususnya pendidikan anak yang mana disana (Myanmar) mereka tidak pernah bersekolah sekalipun.

Peggy juga sangat berharap agar pemerintahan Indonesia dalam hal ini bapak Jokowi agar mampu menjadi contoh untuk negara-negara lainnya, bagaimana seharusnya kita menampung dan melindungi saudara seiman kita ini dengan baik, dan yang perlu diingat mereka bukan imigran gelap tapi mereka adalah orang-orang yang terzalimi.

"Dan Indonesia akan berkah sejahtera kalau membantu muslim Rohingya," tutup mbak Peggy.

*by Zulkarnen
Relawan lapangan ACT  di Kuala Cangkoy, kec. Lapang Aceh Utara