Maksudnya Jaga Ekosistem, Jokowi Malah Dinilai Keliru Borong Burung di Pasar Pramuka


Organisasi Non Pemerintah Scorpion Wildlife Trade Monitoring Group menyesalkan upaya Presiden Joko Widodo dalam menjaga ekosistem dengan cara memborong burung di Pasar Pramuka untuk kemudian dilepaskannya lagi.

Dalam akun facebooknya, Presiden Jokowi memposting foto dirinya melepaskan sejumlah burung yang dibelinya di Pasar Pramuka pada Sabtu (02/1).

Menurut Gunung Gea, Direktur Scorpion Wildlife Trade Monitoring Group, upaya Jokowi untuk menjaga ekosistem dengan cara memborong burung di Pasar Pramuka merupakan cara yang keliru.

Gunung menjelaskan, hampir semua burung di Pasar Pramuka diperdagangkan secara ilegal karena diambil langsung dari habitatnya di alam liar.

“Cara Jokowi itu justeru menegaskan tidak adanya upaya penegakan hukum terhadap perlindungan satwa liar,” kata Gunung melalui keterangan tertulisnya seperti dirilis Beritalingkungan.com, Minggu (3/1).

Ditegaskan Gunung, jika Jokowi ingin menjaga ekosistem, seharusnya ia memerintahkan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mengontrol pengambilan burung dari alam.

“Meskipun burung yang dibeli tidak dilindungi, tetapi pengambilan satwa satwa liar di Pasar Pramuka dilakukan tanpa ijin,” jelasnya.

Dijelaskan Gunung, Pasar Pramuka adalah salah satu pasar satwa terbesar yang banyak memperdagangkan satwa liar secara ilegal. Ia mengambil contoh peristiwa baru baru ini dimana petugas BKSDA Jawa Timur berhasil menyita 2.400 burung yang diambil secara ilegal dari Kalimantan Timur dan hendak dikirim ke Pasar Pramuka di Jakarta.

Sementara itu Investigator Senior Scorpion Wildlife Trade Monitoring Group, Marison Guciano mengatakan, Presiden Jokowi seharusnya memberi perhatian terhadap perdagangan ilegal satwa liar yang semakin mengkhawatirkan dengan cara menutup pasar pasar satwa liar.

Marison mengkhawatirkan langkah Jokowi yang memborong burung di Pasar Pramuka akan menjadi tren dan diikuti masyarakat. “Itu akan sangat berbahaya karena malah mendorong pengambilan burung dari alam liar secara besar besaran akibat permintaan yang kian meningkat,” tuturnya.

Menurut Marison, lebih dari  20.000 burung liar diperjualbelikan secara ilegal dengan terbuka setiap saat di Jakarta. Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan karena populasi liar tidak akan dapat berreproduksi secara cepat untuk menggantikan burung-burung tersebut.

“Scorpion secara rutin melakukan pemantauan perdagangan satwa liar di pasar pasar satwa dan menemukan hampir semua satwa liar diperdagangkan secara ilegal karena diambil langsung dari habitatnya di alam liar. Beberapa jenis dari satwa itu termasuk spesies yang dilindungi, seperti elang tikus, elang ular bido, berang berang, Serak jawa, dan lain lainnya,” jelasnya seraya menyebut penegakan hukum terhadap kejahatan satwa liar masih menjadi rapor merah dalam Pemerintahan Jokowi-JK.

Seperti ramai dibicarakan publik netizen, Jokowi melalui akun facebooknya memposting tiga foto melepas burung dan menulis:

"Sabtu kemarin saya mampir ke Pasar Burung Pramuka membeli 190 ekor burung. Ada burung Jalak Kebo, Jalak Nias, Jalak Biasa, Kapasan, Puter, Perkutut, Kutilang Sutra, Kutilang Biasa dan Trucuk. Hari ini semuanya saya lepas di Kebun Raya. Saya sering melepas ikan dan burung untuk menjaga ekosistem terutama di kawasan perkotaan. Jumlah burung semakin berkurang. Burung harus dilindungi dan jumlahnya diperbanyak. Melepas burung atau melepas ikan di sungai upaya kita merawat keseimbangan alam." Demikian tulis Presiden Jokowi di akun resminya.