MASIH LAYAK DISEBUT KERETA CEPAT?


MASIH LAYAK DISEBUT KERETA CEPAT?

Gambar terlampir (diatas) adalah menjelaskan KA Cepat (Thalys) Amsterdam - Paris.
Jarak : 529.7 km
Stasiun Pemberhentian : 3 (Rotterdam, Antwerpen, Brussel)
Waktu Tempuh : 3 jam 22 menit

Mari bandingkan dengan KA Cepat Jakarta-Bandung yang berjarak sekitar 150 km, dengan 6 stasiun pemberhentian. Logis sebagai KA Cepat nggak?

Klaim pemerintah perjalanan Jakarta-Bandung ditempuh selama 30 menit.

Menurut ilmu fisika dasar kelas 1 SMP : kecepatan rerata dinyatakan dengan v = s/t.

Kecepatan maksimum KCBC diklaim 300 km/jam.

Jika v = 300 km/jam dan s = 150 km, maka waktu tempuh kereta t = s/v = 150 km/300 km/jam = 1/2 jam = 30 menit.

Jika ada 6 stasiun perhentian dan masing-masing stasiun berhenti selama 4 menit saja, maka waktu yang diperlukan untuk berhenti adalah 6 stasiun x 4 menit/stasiun = 24 menit.

Sehingga jika tanpa mempertimbangkan percepatan dalam gerak lurus berubah beraturan (GLBB), artinya ketika mulai bergerak KCBC langsung kecepatan penuh hingga berhenti, maka waktu yang diperlukan dari stasiun Bandung menuju stasiun Jakarta adalah:

Waktu di jalan + Waktu di perhentian stasiun = 30 menit + 24 menit = 54 menit atau hampir mendekati satu jam untuk perjalanan dari Bandung ke Jakarta.

Masih layak disebut kereta cepat? Pake travel Baraya atau Cipaganti saja cuma butuh waktu sekitar 2 jam atau setengahnya.

Saya koq ndak begitu yakin kereta cepat ini akan digemari kecuali pada awal-awal beroperasi. Itu pun karena karakter masyarakat Indonesia yang demen euforia. Suka coba hal baru, menggebu-gebu, kemudian biasa saja, bahkan melupakan. Persis seperti ketika euforia memilih presiden yang menandatangani prasasti typo KCBC ini.

*Catatan: KCBC = Kereta Cepat Buatan Cina.

(Rudi Rosidi)