PIDATO FAHRI HAMZAH: "ISIS, Pembebasan Palestina dan Persatuan Negeri Islam yang Kita Mimpikan"


"ISIS, Pembebasan Palestina dan Persatuan Negeri Islam yang Kita Mimpikan"

Pidato Konferensi
Parliamentary Union of Islamic Countries (PUIC) ke-11
Minggu, 24 Januari 2016
Rasheed Hotel Baghdad - Iraq

Oleh His Excellency Fahri Hamzah, S.E
Ketua Delegasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Yang Kami Muliakan, Ketua-Ketua Parlemen PUIC
Yang Kami Hormati, Ketua-Ketua Delegasi
Yang Kami Hormati, Anggota-Anggota Parlemen
Yang Kami Hormati, Sekjen PUIC
Yang Kami Banggakan, Para Tamu Undangan

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salam Sejahtera,

Pertama-tamai kami mengucapkan terima kasih atas penerimaan tuan rumah yang sangat baik, dan merupakan kehormatan dapat kembali berada di sidang PUIC yang mulia ini.

Sidang PUIC kali ini diselenggarakan ditengah-tengah situasi dunia yang masih jauh dari kondisi aman dan sejahtera. Merupakan tugas kita bersama, anggota parlemen, untuk bekerja keras memberi kontribusi pada perdamaian dunia, kemaslahatan umat Islam dan kesejahteraannya.

Keberadaan kami, Indonesia, di Baghdad, Irak ini merupakan bukti keyakinan kami bahwa otoritas Irak masih mampu untuk menguasai keamanan. Duta Besar Irak di Indonesia mengakui bahwa keamanan Irak tengah berupaya merebut wilayah-wilayah yang masih dikuasi ISIS (Daes). Selang beberapa hari usai pertemuan kami dengan Duta Besar, dunia dikejutkan ledakan di Istanbul, dan paling akhir di Jakarta, Indonesia, negeri kami yang jaraknya jauh dari Irak dan Suriah tempat kemunculan ISIS/ Daes. Inilah masalah nyata dan terang benderang di hadapan kita. Masalah teror ISIS yang merebak dimana-mana. Meneror kemanusiaan tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan. Label Islam pada ISIS sungguh sangat merendahkan harkat dan martabat Islam dan kita sebagai penganutnya.

Sejak mencuat di percaturan global, ISIS kini menjelma sebagai kekuatan teror paling menakutkan. Operasi-operasi ISIS bukan saja mengganggu upaya-upaya kita untuk membangun masyarakat dunia yang lebih beradab. Lebih jauh, ISIS telah kembali menghidupkan budaya kekerasan yang kerap dinisbatkan kepada Islam menyusul redupnya popularitas kelompok Al-Qaeda. ISIS telah menginspirasi kelompok-kelompok radikal di pelbagai belahan dunia Islam untuk bergabung bersama ISIS atau sekedar mengklaim diri sebagai bagian dari kekuatan ISIS. Situasi tersebut mendorong orang-orang yang di belakang ISIS semakin berbangga diri. Adalah tidak mustahil ketika tindak terorisme dan aksi pemboman meletus di belahan manapun di dunia lantas jaringan ISIS internasional langsung mengklaim bahwa aksi tersebut sebagai bagian dari operasi ISIS. Inilah yang harus kita waspadai bersama yaitu penjelmaan ISIS sebagai inspirator aksi-aksi kekerasan atas nama Islam.

Para Anggota Parlemen dan Hadirin yang Kami Muliakan

Ketidakadilan global sangat terang benderang mendera negeri-negeri Islam. Dalam konteks ini, Palestina adalah contoh nyata yang tidak bisa dipungkiri oleh siapapun. Saat dunia barat menjunjung tinggi HAM, di Palestina hampir setiap saat dunia menjadi saksi atas pelanggaran kasat mata HAM. Di saat dunia mengelu-elukan anti-rasis dan anti-diskriminasi, dunia terdiam seribu bahasa saat Israel menjadi negara paling rasis dan diskriminatif sedunia. Parahnya lagi, PBB yang diharapkan menjadi penengah demi penegakan keadilan global terlihat sangat tidak berdaya (impoten) dan terjebak lantaran mekanisme internal yang cenderung disetir oleh kekuatan-kekuatan besar. Di saat demokrasi mulai bersemi di dunia Muslim, kekuatan-kekuatan besar dunia seperti enggan menyambut dan mencurahkan dukungan penuhnya. Parahnya lagi, kekuatan-kekuatan yang mengklaim dirinya paling demokratis itu pada beberapa kasus secara kasat mata justru meruntuhkan bangunan kuncup demokrasi yang mulai mekar. Ketidakadilan, kemunafikan dan ambiguitas global telah bersaham besar dalam menumbuhkan kultur kekerasan dalam demokrasi. Inilah yang harus kita catat baik-baik.

Saya meyakini, sepanjang ketidakadilan, kemunafikan dan ambiguitas menjadi karakter dasar dalam interaksi tatanan masyarakat global, maka ke depan dunia akan terus diwarnai aksi-aksi kekerasan dan terorisme. Mendambakan dunia yang lebih beradab hanya akan menjadi angan-angan. Parlemen Muslim dunia harus secara konsisten menyuarakan dan memperjuangkan keadilan global. Kita harus ikut berkontribusi nyata dalam mewujudkan masyarakat yang lebih beradab dan lebih menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan. Selain Islam, kemanusiaan adalah juga yang menyatukan kita untuk menciptakan tatanan global yang lebih adil.

Parlemen Muslim sedunia diharapkan berkontribusi dalam penyatuan negeri-negeri Muslim, khususnya dalam menghadapi ketidakadilan global yang kerapkali diberlakukan terhadap negara-negara Muslim tersebut. Persatuan kita adalah aset yang sangat dahsyat. Dunia Islam memiliki SDM lebih dari 1,7 Milyar jiwa dan SDA yang melimpah ruah. Bayangkan seandainya kita bisa benar-benar memaksimalkan potensi SDM dan SDA tersebut untuk melawan ketidakadilan globa!

Maka harapan terbesar kami dari Konferensi PUIC ke-11 dan rangkaian sidangnya ini adalah menghasilkan langkah-langkah konkret dalam upaya menyatukan negara-negara Muslim dunia. Inilah yang paling penting pada saat ini. Di hadapan kita masih banyak pekerjaan rumah besar. Yang paling terdepan antara lain mencabut akar kolonialisme dan imperialisme di Palestina; membebaskan salah satu masjid paling disucikan Islam. Jauh ke depan, kita punya mimpi menegakkan peradaban dunia yang lebih beradab dan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Dunia yang aman dan damai, saling menghargai dan menghormati, saling tolong menolong dalam kebaikan dan tolong menolong dalam melenyapkan kezaliman dan ketidakadilan.

Kita selama ini sangat mengandalkan eksekutif negara kita yang tergabung dalam OKI atau OIC. Tetapi OIC sering disindir dengan "oh I see", sebagai pertanda sikap pasif dan masa bodoh dengan keadaan ummat dan bangsa-bangsa muslim. OIC dituduh terlalu bergantung kepada permainan politik pihak lain dan kita bangsa Muslim yang  besar ini seolah tidak punya kuasa untuk menentukan arah dan nasib kita sendiri. Maka melalui PUIC inilah ikhtiar kebangkitan itu kita mulai.  PUIC harus mendesak resolusi yang kita buat agar dilaksanakan oleh eksekutif kita di OIC. sebagai komitmen politik untuk membangun masa depan kita.

Waktu saya kecil, saya sering mendengar cerita tentang keindahan Islam. Perjuangan Rasulullah SAW dan para sahabat yang diterima di timur dan di barat. Waktu remaja saya mendengar dan membaca kisah tentang tentara Islam yang dirindukan dan pembebasan negeri-negeri yang dinantikan serta kepergian tentara Islam yang ditangisi. Kini kisah itu masih menjadi kenangan. Saya percaya bahwa kemuliaan agama tidak akan punah. Sebagaimana kita percaya kepada keabadian Tuhan. Maka, jika kenangan dan kisah indah itu tidak ada lagi atau sulit ditemukan, paling tidak kita tidak boleh kehilangan keyakinan.

Akhirnya dengan sisa kepercayaan diri dan keyakinan yang kita miliki, marilah kita memulai dari Baghdad sebagai ibukota peradaban Islam ini, yang pada masanya menjadi pusat ilmu pengetahuan dan peradaban dunia. Disinilah keterbukaan pikiran dan kemajuan dimulai dan semoga sidang PUIC yang mengambil tempat di Baghdad ini akan menjadi awal bagi kebangkitan ummat dan bangsa kita. Insya Allah.

من لم يهتم بأمر المسلمين فليس منهم

"Barang siapa yang tidak peduli terhadap urusan kaum Muslimin, maka dia bukan termasuk golongan mereka (meskipun dia mengaku Muslim)."

Terima kasih

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

___
*Keterangan foto: Delegasi Parlemen Indonesia saat bertemu dengan Wakil Ketua Parlemen Irak