By: Nandang Burhanudin
(1) Jangan lupakan rakyat Gaza. Rakyat yang hingga kini konsisten melawan penjajahan dengan segala cara.
(2) Rakyat yang kini paling menderita sedunia. Hidup berdesakan di puing-puing agresi teroris dunia.
(3) Rakyat Gaza semakin merana. Saat satu-satunya pintu keluar masuk, ditutup total oleh pemerintah kudeta di Mesir.
(4) Tercatat. Di tahun 2015, perbatasan Refah hanya dibuka 21 hari saja. Artinya kurang 2 hari dalam sebulan selama setahun.
(5) Itupun dibuka untuk alasan kemanusiaan. Terbanyak adalah memasukkan jenazah warga Gaza yang meninggal di Mesir.
(6) Seakan pintu perbatasan hanya berlaku untuk jenazah, mayit, alias orang mati. Sementara untuk yang hidup, sama sekali tertutup.
(7) Rakyat Gaza, kini antara hidup dan mati. Bahkan rakyat Gaza sudah mati sejak lama. Mati karena embargo, mati karena isolasi.
(8) Tidak ada siksaan paling pedih, selain siksaan mencabut nadi kehidupan. Kini dialami rakyat Gaza.
(9) Renungkan. Rakyat Gaza yang terang-terangan berani melawan Israel. Kini harus dihadapkan pada kebengisan saudaranya, Mesir.
(10) Rakyat Gaza tak bisa melakukan apa-apa untuk melawan Mesir. Sebab Mesir adalah Arab dan saudara kandung.
(11) Rakyat Gaza diisolir dari gegorafi wilayah dan geopolitik internasional. Mirip saudara Yusuf yang membuang Yusuf ke kedalaman sumur.
(11) Inilah yang membuat Turki 'menurunkan' serangannya terhadap As-Sisi dan Israel. Turki mensyaratkan, siap kembali membuka komunikasi asal isolasi Gaza dicabut.
(12) Lalu apa tindakan kita? Doa mungkin ikatan yang bisa menembus batas-batas dunia dan langit. Doa untuk kebebasan Presiden Mursi. Doa untuk kemerdekaan Mesir.
(13) Jangan lupakan doa untuk kemerdekaan Indonesia. Negeri yang kemerdekaannya dibantu Palestina. Tapi kini malah membuka visa gratis untuk Israel.
(14) Apa yang akan saya lakukan? InsyaAllah dalam waktu dekat. Saya dan beberapa kawan, akan melounching radio komunitas Shout Al-Quds.
(15) Mari jadikan diri kita, menjadi penolong untuk rakyat Gaza, Palestina, dan rakyat Muslim seluruh dunia.