SAMPURASUN YES, CAMPUR RACUN NO


"SAMPURASUN YES, CAMPUR RACUN NO"

Oleh H.M. Ihsan Abdul Djalil

Saya mendengarkan ceramah Habib Rizieq di Purwakarta beberapa waktu lalu melalui Youtube. Menurut saya, jika materi ceramah ini yang dijadikan dasar melaporkan Habib Rizieq ke polisi dengan tuduhan memlesetkan salam dalam budaya Sunda "Sampurasun" dengan "Campur Racun", rasanya kok pihak pelapor terlalu mengada-ada ya.... Jika dicermati justru ceramah ini mendudukkan secara tepat ucapan salam dalam Islam, yaitu assalamu alaikum, yang tidak bisa digantikan salam lokal lain semisal selamat pagi, selamat siang, atau sampurasun.

Sangat mungkin pelaporan ini dipicu karena adanya kritikan keras kepada Bupati Purwakarta yang membuat banyak patung di penjuru kota. Nah, kalau ini masalahnya ya gampang saja mengujinya. Benarkah di Purwakarta banyak patung? Duit pribadi bupati atau dana dari pajak rakyat yang dipakai membangun patung-patung itu?

Jika fakta yang diangkat Habib Rizieq ini benar adanya, bahwa di penjuru "kota santri" Purwakarta banyak dipenuhi patung-patung, tentu amat disayangkan. Mengapa warga yang mayoritas kaum muslimin mendiamkan pemimpinnya menghambur-hamburkan uang rakyat untuk membangun patung yang diharamkan dalam Islam? Tidak adakah ulama atau tokoh masyarakat yang gagah berani mendatangi bupati dan menasehati bahwa apa yang dilakukannya bisa mendatangkan murka Allah?

Soal ucapan sampurasun sendiri, dalam konteks budaya ya silakan saja. Kalau di Jawa mungkin juga ada seperti "kula nuwun". Tapi itu mubah saja, bukan sesuatu yang disunnahkan seperti ucapan "assalamu alaikum".

Yang tidak boleh itu adalah apa yang disebut "campur racun" dalam ceramah ini. Menggantikan ucapan "assalamu alaikum" dengan "sampurasun", itu campur racun, sebab sama saja dengan mencampuradukkan apa yang telah disyariatkan Isam dengan budaya buatan manusia.

Menggunakan uang rakyat untuk membangun patung itu juga campur racun, karena alih-alih bisa meningkatkan pelayanan kepada rakyat atau bahkan meningkatkan kesejahteraan, malah dihamburkan untuk apa yang justru diharamkan Islam. Percaya bahwa agar terhindar dari kecelakaan di Tol Cipali selain mematuhi aturan berkendara juga harus menyebut nama Prabu Siliwangi adalah juga campur racun, sebab bisa mengantarkan kepada kesyirikan.*

__
*dari fb Ustadz H.M. Ihsan Abdul Djalil (01/12/2015)