Geliat Mantan Aktivis PII


Bangil - Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (PII) Pasuruan kemarin, Minggu (3/5) memperingati hari bangkit (harba) PII yang ke 68 di Bangil. Kegiatan yang dipusatkan disalah satu rumah mantan aktivis PII, H Abd Rozak ini, diikuti sebagian besar eks aktivis PII Pasuruan sejak tahun 60an. Kegiatan ini mengambil tema ‘Membangkitkan semangat kejuangan ummat Islam dalam bingkai Ukhuwah Islamiyah'.

Walaupun Harba PII tahun ini diperingati dengan sederhana berupa Forum Kajian Inspiratif namun diharapkan menjadi ‘starting poin’ bagi bangkitnya semangat kejuangan alumni PII untuk berpartisipasi ikut menyelesaikan persoalan bangsa dengan terus bersemangat mengkalkulasi kemudian memberdayakan semua potensi yang dimiliki alumni PII Pasuruan.

Hal ini lebih lanjut, ditegaskan oleh Ketua Perhimpunan KB PII, Drs. Yusuf Ande, MSc, MPd dalam sambutannya, "Kita berharap disetiap pertemuan akan ada sumbangsih pemikiran dan ikhtiar menggali potensi yang dimiliki keluarga besar PII”.

Selanjutnya, ketua KB PII Pasuruan periode 2014-2018 ini menyampaikan keprihatinnya mengenai lemahnya umat islam dalam menghadapi dua ancaman serius untuk bangsa, yang pertama ancaman komunis yang sudah mulai merusak pranata sosial melalui strategi adu domba dikalangan umat islam serta ancaman neoliberalisme yang membuat terjadinya kerusakan moral secara ‘pelan tapi pasti’ di masyarakat dan masalah-masalah sosial lainnya.

Forum yang rencananya akan dilaksanakan rutin  ini juga menghadirkan tokoh muda nasional yang juga merupakan pengurus BK PII Jawa Timur, Ismail Nachu. Dalam materi kajiannya yang disampaikan dengan semangat  kepada keluarga besar PII Pasuruan ini, dia memulai dengan sebuah pertanyaan besar, Ada apa dengan Bangsa ini? Selanjutnya pria yang juga pengusaha property nasional ini mengigatkan kepada semua yang hadir bahwa militansi kader PII dimulai ketika pertama seseorang menjadi kader PII berarti dia sudah ber’akad untuk menjadi pejuang serta menjadi aktor perubahan dimanapun mereka berada serta siap dan rela melanjutkan misi nabi Muhammad SAW yaitu membawa Islam sebagai Rahmatan lil’alamin yang tentunya semua itu dilakukan harus karena Allah.

Selanjutnya, pria yang juga ketua ICMI Jawa Timur ini menguraikan bahwa zaman sekarang adalah zaman yang kondisinya tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Hal ini ditandai dengan munculnya tsunami materialime dan sekulerisme, pengaruh kapitalisme kepada anak-anak kita, terjadinya ‘entrophy’ pada nilai agama dan norma serta runtuhnya struktur kehidupan. Persoalan-persoalan ‘akut’ inilah yang telah memunculkan manusia kerdil dan berpikiran sempit serta diperparah terjadinya krisis keteladanan atau kepemimpinan di tengah-tengah masyarakat. Ismail dalam kesempatan kemarin juga mengispirasi para mantan aktivis PII dengan menyampaikan solusi-solusi yang bisa dilakukan.

”Kita semua dipanggil oleh Islam untuk terus berjuang ikut serta menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut, kita harus memberikan solusi apapun caranya, bisa dengan cara ‘nabrak’ maksudnya berani berbenturan atau dengan cara ‘kenter’ (ikut arus) atau bisa ‘ngenter’ (sengaja ikut arus) namun sebaiknya kita bisa bikin arus sendiri dimulai sendiri dan secara berjemaah” paparnya.

Forum yang dihadiri 100an mantan aktivis PII Pasuruan dan Jatim ini,  walaupun belum menghasilkan banyak hal untuk disumbangkan guna ikut serta menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa yang ada, namun para aktivis ini bertekad untuk istiqomah menjadi ‘agen perubahan dan kebaikan’ dilingkungan masing-masing serta bertekad untuk melakukan pembinaan kepada anak-anak muda agar kelak bisa menjadi pemimpin masa depan yang bisa mengemban misi Nabi Muhammad SAW.

(Moh. Nur Mu’minul Chair, Pasuruan)