Dua Wanita Perusak Islam Mendapat Penghargaan HAM di AS


Ayaan Hirsi Ali, Irshad Manji dan Rebiya Kadeer mendapat penghargaan di Washington DC, Kamis (10/12). Penghargaan diberikan Lantos Human Rights Prize.

Penghargaan itu diambil dari nama mantan anggota Kongres AS Tom Lantos. Lantos adalah seorang pembela hak-hak asasi manusia yang tangguh, dan peninggalannya terasa di dinding-dinding Capitol Hill di mana Komisi Hak Asasi Tom Lantos secara rutin menjadi forum yang membela hak asasi manusia di seluruh dunia.

Yayasan Lantos mulai memberikan penghargaan tahunan sejak tahun 2009. Sebelumnya, penghargaan itu pernah diberikan kepada Dalai Lama dan aktivis hak asasi manusia China Chen Guangcheng.

Rebiya Kadeer adalah aktivis perempuan dan presiden Kongres Uighur Dunia, organisasi Uighur di luar negeri. Sedangkan Ayaan Hirsi Ali dan Irshad Manji mendapat perhatian dunia karena keberaniannya merusak Islam, menghina Nabi.

Ayaan Hirsi Ali

Ayaan Hirsi Ali dikenal sebagai penghina Nabi Muhammad saw. Ia pernah mengatakan: “Aku diharuskan minta maaf karena mengatakan sang Nabi adalah orang yang punya kelainan seksual dan penguasa bengis…Tapi itu bagaikan minta maaf karena mengatakan hal yang benar,” ujarnya.

Pernyataan-pernyataannya seperti itu membuat Ayaan Hirsi Ali dapat perhatian di seluruh dunia. Hirshi ketika di Belanda berteman akrab dengan Theo van Gogh. Theo karena suka membenci Rasulullah saw, akhirnya dibunuh oleh Muhammad Buyeri di Belanda pada tahun 2004. Hirshi kini kabarnya dijaga beberapa bodyguard bersenjata ke mana pun dia pergi.

Ayaan Hirsi Ali lahir di tahun 1969 di Mogadishu. Karena dipaksa kawin di sana, ia lari ke Belanda. Dan disitu ia mengagumi Barat dan terbaratkan. “Budaya yang kujumpai dan hidup di tengah-tengahnya sekarang bukanlah budaya yang sempurna,” kata Hishi Ali. “Tapi budaya ini (budaya Barat) merupakan hasil dari proses pencerahan dan ini merupakan budaya terbaik yang berhasil diciptakan manusia.”

Di tahun 2003, Ayaan terpilih sebagai wakil di parlemen Pemerintahan Belanda dan merupakan anggota partai politik sayap kanan tengah VVD yang berarti Partai Rakyat Merdeka dan Berdemokrasi. Tahun berikutnya, dia menulis naskah film pendek berjudul “Submission”. Film ini membahas ayat-ayat Qur’an yang dianggap Ayaan memerintahkan kekerasan terhadap wanita, dan ayat-ayat ini diproyeksikan di atas punggung wanita telanjang. Dengan Theo Van Gogh ia kemudian kemudian membuat film yang menghina Al Qur’an itu.

Setelah dari Belanda, Hirsi kemudian pindah ke Amerika. Ia menulis buku berjudul “Infidel” yang jadi best seller nasional di Amerika. Hirshi tidak berpendapat bahwa Islam disalahartikan oleh para fanatik Muslim, tapi justru para fanatik inilah yang dibentuk oleh Islam itu sendiri: “Islam, bahkan dalam bentuk yang tanpa kekerasan sekalipun, merupakan kepercayaan yang berbahaya.”

Hirsi menyatakan: “Apakah kau bersedia mengikuti moralitas Nabi di lingkungan masyarakat modern saat ini?” Hirshi menuduh Nabi Muhammad mengawini anak-anak perempuan dan penindasan seksual modern yang disebutnya sebagai “penjara wanita.” Hirshi mengecam perajaman terhadap pezinah dan korban perkosaan, pemakaian jilbab, kawin paksa, pemukulan atas istri, pemotongan klitoris wanita, dan segala hal yang bertentangan dengan “hak-hak kebebasan manusia yang paling hakiki”, menurutnya.

Segala penderitaan ini, katanya, dapat ditelusuri asalnya dari ajaran-ajaran agama (Islam). “Orang-orang mengatakan tindakanku adalah pendekatan yang salah,” tegas Ayaan. “Tapi aku berpendapat ini merupakan pendekatan yang tepat. Para Muslim harus memilih untuk mengikuti kapasitas akal budi mereka sebagai manusia dan bukannya mengikuti perintah-perintah Qur’an. Jika hal ini terjadi, maka akan ada perubahan dalam Islam.”

Hirsi berkata, “Kehancuran dunia Barat yang paling parah adalah sikap pasif mereka itu sendiri. Kita sekarang menghadapi “musuh luar yang telah menjadi musuh dalam selimut, karena mereka telah masuk secara diam-diam dan ingin menghancurkan Barat dari dalam.” Hirsi yakin akan diperlukannya sikap drastis untuk menganggulangi hal ini: “Gampang,” katanya. “Yang harus dilakukan adalah menelaah bahaya apa yang bisa dilakukan (Islam) di masyarakat Barat dan mengambil kemerdekaanya. Ini selayaknya dilakukan. Masyarakat merdeka harus siap melihat gejala2 perusakan yang terjadi di hadapannya, dan harus bertidak untuk menghadapinya.”

Dia berkata bahwa pihak Barat harus mulai berpikir dalam jangka waktu panjang tentang hubungannya dengan Islam karena pihak Islam sudah melakukan hal ini. Hirsi mengingatkan bahwa angka kelahiran Muslim jauh di atas masyarakat Barat, terutama Eropa Barat, dan dia percaya bahwa ini memang sebagai usaha untuk mengembangbiakkan penganut Islam. Muslim, katanya, memperlakukan wanita bagaikan “mesin pembuat bayi, pabrik anak-anak… Kita harus bersaing dengan hal ini,” katanya lagi. “Ini adalah metoda totalitarian. Kaum Nazi juga dulu mencoba menggunakan wanita-wanita sebagai mesin-mesin inkubator, untuk membuat anak-anak bagi para serdadu Nazi. Sekarang Islam melakukan hal ini… Ini merupakan cara yang sangat efektif dan mengerikan,” kata Hirsi.

Irshad Manji

Irshad Manji terkenal sebagai tokoh penggerak dan praktisi lesbianism. Ia pernah datang ke Indonesia pada Mei 2012 lalu. Saat itu ia juga meluncurkan bukunya 'Allah, Liberty & Love' dalam edisi Indonesia. Meski Manji ditentang keras tokoh-tokoh Islam, tapi aktivis liberal Nong Darol Mahmada pernah menulis artikel di Jurnal Perempuan (edisi khusus Lesbian, 2008) berjudul: Irshad Manji, Muslimah Lesbian yang Gigih Menyerukan Ijtihad. Katanya: ”Manji sangat layak menjadi inspirasi kalangan Islam khususnya perempuan di Indonesia.”

Dalam bukunya (edisi Indonesia) 'Beriman Tanpa Rasa Takut: Tantangan Umat Islam Saat Ini' bisa ditemukan nada-nada penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW dan keraguan terhadap al-Quran.

Kata Manji: ”Sebagai seorang pedagang buta huruf, Muhammad bergantung pada para pencatat untuk mencatat kata-kata yang didengarnya dari Allah. Kadang-kadang Nabi sendiri mengalami penderitaan yang luar biasa untuk menguraikan apa yang ia dengar. Itulah bagaimana ”ayat-ayat setan” – ayat-ayat yang memuja berhala – dilaporkan pernah diterima oleh Muhammad dan dicatat sebagai ayat otentik untuk al-Quran. Nabi kemudian mencoret ayat-ayat tersebut, menyalahkan tipu daya setan sebagai penyebab kesalahan catat tersebut. Namun, kenyataan bahwa para filosof muslim selama berabad-abad telah mengisahkan cerita ini sungguh telah memperlihatkan keraguan yang sudah lama ada terhadap kesempurnaan al-Quran.”

Cerita yang diungkap oleh Manji itu memang favorit kaum orientalis untuk menyerang al-Quran dan Nabi Muhammad saw.

Begitulah di Amerika. Orang-orang yang merusak Islam, mendapat penghargaan HAM. Memang Islamofobia di banyak elit Amerika masih parah hingga kini.

Sumber: sharia.co.id