Berikut liputan yang redaksi kutip dari situs Hidayatullah.com, Sabtu (16/5/2015).
Jamaah DT: Pelaku Pembakaran Biasa Bawa Batu Lempengan Saat Shalat
Beberapa narasumber wanita jamaah Masjid Daarut Tauhiid (DT), KH. Abdullah Gymnastyar (Aa Gym) yang berhasil dihubungi hidayatullah.com Kamis pagi (14/05/2015) mengaku jauh hari sebelum melakukan percobaan pembakaran, pelaku telah lama beraktivitas di masjid yang selalu ramai jamaah ini.
Menurut narasumber yang aktifi di Masjid DT dan namanya minta tidak disebutkan ini menjelaskan bahwa awalnya wanita ini datang baik-baik dan mengaku ingin beri’tikaf di masjid.
Namun dalam perkembangannya, selama kurang lebih sebulanan aktivitas dan tingkah lakunya mulai meresahkan jamaah yang datang ke masjid.
Keresahan jamaah dan pengurus masjid dipicu oleh beberapa hal baik ibadah shalatnya maupun muatan pembicaraannya saat berdialog dengan lawan bicaranya.
Di antaranya, seperti saat melaksanakan shalat sering kali dipergoki membawa sebuah batu lempengan kecil yang biasa digunakan di dekat tempat sujudnya.
Sementara dari isi pembicaraan khususnya saat bersama jamaah wanita lain, ia sering membahas atau menyampaikan tentang Ahlul Bait.
Atas ulahnya yang sudah menimbulkan keresahan tersebut akhirnya pihak DKM DT mengambil tindakan dengan memanggilnya.
Anehnya, saat dipanggil dan dimintai keterangan ia malah bertingkah nyleneh dan sering berbicara ngelantur ke mana-mana. Berdasarkan pengamatan dan kondisi yang diperlihatkan saat itu maka sebagian jamaah wanita menyimpulkan bahwa pelaku yang belakangan mengaku bernama Dewi tersebut dianggap tidak normal secara kejiwaan alias dalam gangguan mental.
“Kalau nama aslinya saya kurang tahu,apa benar atau salah .Soalnya saat dimintai menunjukan kartu identitas dia tidak mau memberikan,” jelasnya.
Dirinya juga
menjelaskan saat dimintai keterangan atau diintrogasi wanita bercadar yang diperkirakan berusia 38 tahunan tersebut sering kali memberi jawaban yang berbelit-belit. Termasuk sering kali mengelak jika ditanyakan paham tertentu.
“Saya sendiri tidak tahu apakah ia berkata jujur atau sedang berbohong, apakah sehat, atau pura-pura gila atau mungkin gila beneran. Selama di DT kadang seperti orang sehat tapi kadang seperti tidak waras. Yang jelas perlu penelusuran yang intensif dan pemeriksaan yang kompeten untuk mengungkap kebenaranmnya,” ujarnya.
Bisa Jadi Syiah
Sementara itu, ustadz Farid Ahmad Okbah, MA, penulis buku Hidup Hanya Sekali Jangan Salah Jalan yang juga pemerhati masalah aliran Syiah menjelaskan kemungkinan pengguna batu dalam shalat seperti itu adalah penganut Syiah Imamiyah.
“Biasanya itu namanya Batu Karbala, tanah liat yang diambil dari kuburan Imam Husain. Batu seperti itu biasanya ditaruh di tempat sujud agar menempel pada jidat,” demikian penjelasan Farid kepada hidayatullah.com.
Menurut Farid, Batu Karbala adalah tanah liat yang diambil dari kuburan Imam Husein lalu dicetak dan diberi tanda-tanda khusus yang dinilai sebagai bentuk keterkaitan dengan Imam Husein.
“Dan itu biasanya ciri Syiah Imamiyah. Jika batu rusak atau tak memilikinya, dia menggantinya dengan daun, kertas atau menggunakan tangannya sendiri untuk sujud. Tapi harus dipastikan apakah itu benar batu itu berasal dari Karbala atau tidak?” demikian tambah Farid.
*Sumber: http://ift.tt/1B31EBp
“Saya sendiri tidak tahu apakah ia berkata jujur atau sedang berbohong, apakah sehat, atau pura-pura gila atau mungkin gila beneran. Selama di DT kadang seperti orang sehat tapi kadang seperti tidak waras. Yang jelas perlu penelusuran yang intensif dan pemeriksaan yang kompeten untuk mengungkap kebenaranmnya,” ujarnya.
Bisa Jadi Syiah
Jamaah Syiah Sampang shalat menggunakan Batu Karbala di pengungsian |
Sementara itu, ustadz Farid Ahmad Okbah, MA, penulis buku Hidup Hanya Sekali Jangan Salah Jalan yang juga pemerhati masalah aliran Syiah menjelaskan kemungkinan pengguna batu dalam shalat seperti itu adalah penganut Syiah Imamiyah.
“Biasanya itu namanya Batu Karbala, tanah liat yang diambil dari kuburan Imam Husain. Batu seperti itu biasanya ditaruh di tempat sujud agar menempel pada jidat,” demikian penjelasan Farid kepada hidayatullah.com.
Menurut Farid, Batu Karbala adalah tanah liat yang diambil dari kuburan Imam Husein lalu dicetak dan diberi tanda-tanda khusus yang dinilai sebagai bentuk keterkaitan dengan Imam Husein.
“Dan itu biasanya ciri Syiah Imamiyah. Jika batu rusak atau tak memilikinya, dia menggantinya dengan daun, kertas atau menggunakan tangannya sendiri untuk sujud. Tapi harus dipastikan apakah itu benar batu itu berasal dari Karbala atau tidak?” demikian tambah Farid.
*Sumber: http://ift.tt/1B31EBp