Sekitar 800 orang pengungsi dari Bangladesh dan Rohingya dari Myanmar diselamatkan oleh kapal nelayan di Aceh pada Jumat (15/05) kemarin, setelah sebelumnya mereka sempat dilarang merapat oleh TNI AL maupun Angkatan Laut Malaysia.
Seorang nelayan dari Kota Langsa, Rahman, mengatakan jika nelayan mendapat informasi dari radio komunikasi mengenai kapal yang hampir tenggelam di perairan Aceh Timur.
"Lalu saya dan kawan-kawan menuju lokasi untuk menolong mereka. Ketika sampai di sana kami melihat ratusan orang, laki-laki dan anak-anak, perempuan dan orang lanjut usia. Ketika melihat kami laki-laki melompat ke laut dan berenang, sedih kami melihatnya," jelas Rahman atau yang biasa disapa Pak Do.
Sebagai salah satu
nelayan Aceh yang ikut menolong para pengungsi, Rahman menyebutkan bahwa perempuan dan anak-anak bertahan di kapal yang oleng sebelum dievakuasi.
"Laki-laki melompat ke laut sambil histeris dan berteriak Allahu Akbar. Mereka meminta tolong dengan bahasa mereka," jelas pak Do kepada BBC Indonesia.
Proses evakuasi para pengungsi ke pelabuhan Kuala Langsa kala itu dilakukan oleh lebih dari enam kapal nelayan dari Langsa. Mereka terdiri dari 421 pengungsi asal bangladesh dan sisanya dari Myanmar (etnis Rohingya).
Sebelumnya, kapal pengungsi ini sempat diberi bekal makanan dan bahan bakar oleh angkatan laut Indonesia dan Malaysia, namun dihalau agar tidak memasuki wilayah masing-masing negara.
Kapal pengungsi ini adalah gelombang kedua dalam satu pekan ini, dan diperkirakan akan ada gelombang-gelombang kedatangan susulan, mengingat masih banyak kapal-kapal pengungsi yang terkatung-katung di laut. (BBC Indonesia)
"Laki-laki melompat ke laut sambil histeris dan berteriak Allahu Akbar. Mereka meminta tolong dengan bahasa mereka," jelas pak Do kepada BBC Indonesia.
Proses evakuasi para pengungsi ke pelabuhan Kuala Langsa kala itu dilakukan oleh lebih dari enam kapal nelayan dari Langsa. Mereka terdiri dari 421 pengungsi asal bangladesh dan sisanya dari Myanmar (etnis Rohingya).
Sebelumnya, kapal pengungsi ini sempat diberi bekal makanan dan bahan bakar oleh angkatan laut Indonesia dan Malaysia, namun dihalau agar tidak memasuki wilayah masing-masing negara.
Kapal pengungsi ini adalah gelombang kedua dalam satu pekan ini, dan diperkirakan akan ada gelombang-gelombang kedatangan susulan, mengingat masih banyak kapal-kapal pengungsi yang terkatung-katung di laut. (BBC Indonesia)