Salut Untuk Setya Novanto


Jebol juga pertahanan diri Setya Novanto. Gelombang dahsyat pertarungan politik yang menggulungnya memang tak mudah untuk tetap bertahan atau berselancar guna menyelamat diri. Meski dia sudah mencoba dan berusaha hingga ujung perjuangan.

Setya Novanto memilih mengundurkan diri sebagai Ketua DPR. Hanya ditemani beberapa orang dan sahabat kepercayaannya, dia mengambil keputusan itu diruang kerjanya sebagai Ketua DPR, gedung Nusantara 3, komplek parlemen, Senayan, Jakarta.

Tidak mudah, barangkali, bagi Setya Novanto memilih mundur. Itu manusiawi. Sebab kursi Ketua DPR adalah puncak karir sebagai politisi yang dia rintis bertahun-tahun dari bawah. Betapapun Setya Novanto bukan politisi karbitan. Dia merasakan asam-garam sebagai politisi.

Kursi Ketua DPR (yang mulai semalam dia tanggalkan) dia raih setelah melewati jenjang Ketua Fraksi, Sekretaris Fraksi serta bertahun-tahun menjadi anggota DPR. Pengabdiannya kepada partai rasanya juga tak bisa dikesampingkan. Setya Novanto adalah seorang pekerja partai.

Setya Novanto adalah sosok pekerja keras. Kesuksesannya bukan dia peroleh secara tiba-tiba. Namun melalui pahit-getirnya kehidupan yang penuh perjuangan. Harus diakui Setya Novanto adalah pribadi yang tak mudah menyerah, dibalik penampilannya yang cenderung lembut dan santun.

Seperti kata pepatah, orang jatuh bukan karena menabrak batu besar namun justru terpeleset kerikil. Barangkali inilah yang dialami Setya Novanto. Sebuah jalan kehidupan yang bisa saja dilakoni oleh siapapun. Terlebih lagi bagi siapapun yang berada dalam pusaran pergulatan politik dan kekuasaan.

Rasanya kita harus menghargai pilihan dia mundur sebagai Ketua DPR. Inilah pilihan matang seorang politisi senior. Dia tidak ingin kegaduhan berlarut-larut. Dia rela melepaskan kursi jabatan kekuasaan yang telah dirintisnya. Betapapun Setya Novanto telah meringankan beban MKD.

Setya Novanto justru memberi jalan lapang bagi proses hukum mengungkap misteri yang masih tersembunyi agar sengkarut ini terang benderang. Jika Setya Novanto keliru juga terus tetap diproses secara hukum. Namun jika tidak bersalah harus dipulihkan harkat dan martabatnya.

(Ariady Achmad)

*Sumber: Teropongsenayan