Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengecam keras Tragedi Tolikara dimana massa dari GIDI (Gereja Injili Di Indonesia) melarang dan membubarkan umat muslim saat salat Idul Fitri di Tolikara, Papua, Jumat (17/7) lalu. Tercatat 38 rumah, 63 kios dan satu-satunya masjid dibakar massa GIDI. Sedang 153 umat Islam Tolikara masih mengungsi.
Din meminta tindakan tersebut tidak ditolerir supaya tidak terulang kembali.
"Tidak ada kata lain kecuali kita harus mengecam sekerasnya tindak kekerasan atas nama agama dan menyerang kelompok agama lain," ujar Din di kediaman Ketua DKPP Jimly Asshiddiqie, Komplek Pondok Labu Indah, Jakarta Selatan, Minggu (19/7/2015), seperti dilansir detik.com.
"Saya minta kepada seluruh umat berbagai agama mengecam tindakan ini. Sekali ini kita tolerir maka akan terulang kembali. Kita harus zero tolerant," tegasnya.
Untuk itu pun, Din mendesak pihak penegak hukum untuk segera mengusut tuntas kasus tersebut sampai ke akar-akarnya. Sebab menurutnya bentuk penyerangan oleh sekelompok itu terbilang ekstrim berlapis-lapis.
"Kita mendesak Polri segera menindaktegas harus ada yang ditangkap dan jalur hukum. Nggak usah banyak teori semisal ada faktor apa gitu, tapi yang jelas ini bentuk ekstrimisme yang nyata," kata Din.
"Dan bahkan tindakan itu dilakukan ketika menunaikan ibadat, maka tingkat ekstrimenya sangat tinggi," lanjut Din, dikutip Vivanews.
Namun, dia meminta umat Islam tidak perlu balas dendam terhadap penyerangan tersebut. "Tidak perlu memberikan reaksi apalagi balas dendam, tunjukanlah bahwa umat Islam adalah kelompok yang selama ini menampilkan toleransi sejati," ujar Ketua Majelis Ulama Indonesia ini.
"Menahan diri apalagi pada saat Idul Fitri semacam ini karena terus terang kalau ini aksi kekerasan dibalas kekerasan hancur negara ini, namun harus segera pemerintah dan aparat mengambil langkah hukum," lanjut Din.
Menurut dia, tidak akan ada kerukunan di Indonesia kalau umat Islam yang mayoritas tidak toleran. "Maka mohon kepada pihak-pihak siapapun jangan memberi predikat bahwa umat Islam tidak toleran, tidak mungkin ada toleransi di negeri ini kalau umat Islam tidak toleran," tutupnya.
Din Syamsuddin dikenal sangat kritis terhadap tindak tanduk aparat khususnya Densus 88 ketika berhadapan dengan ummat islam, Din kerap mengkritik arogansi Densus ketika menangkap atau menindak ummat islam yang diduga sebagai pelaku terorisme, puncaknya adalah ketika aparat densus 88 melakukan salah tangkap kepada dua warga muhammadiyah Tulungagung yang dituduh sebagai teroris seketika itu Din memberikan ultimatum kepada Densus 88 untuk membebaskan warga muhammadiyah yang ditangkap dan kemudian akhirnya Densus 88 melepaskannya.
Sumber: detik.com, viva.co.id