Masyarakat adat Papua, mengaku terusik dengan beredarnya surat larangan bagi umat Islam merayakan Idul Fitri di Kabupaten Tolikara. Ketua Lembaga Adat Papua, Lenis Kogoya mengecam adanya surat yang diduga bikinan Jemaat Gereja Injili Indonesia (Gidi) tersebut.
Ditegaskan Lenis, masyarakat adat di Papua tak mengenal konflik beda agama. Masyarakat di tanah kelahirannya itu, menerima semua keberadaan pemeluk agama. Termasuk Islam, sebagai kaum mayoritas di Tanah Air.
Penerimaan itu kata dia, pun membebaskan pemeluk agama untuk menjalankan ibadahnya. Karena itu, dia menyatakan sedang mencari Ketua Jemaat Gereja Gidi di Wilayah Tolikara, Nayus Wenda, dan Sekretaris Marthen Jingga.
"Itu yang sekarang akan diburu. Siapa yang tulis surat itu. Siapa yang sebarkan itu. Benar tidak itu," kata Lenis, ketika ditemui di Gedung Watimpres, Jakarta, Sabtu (18/7).
Lenis, yang juga adalah staf khusus kepresidenan ini menerangkan, dua nama tadi adalah pendeta. Dua pendeta itu terang namanya dalam surat edaran yang isinya mengungkap ketidaksukaan masyarakat Kristen terhadap Islam di Papua.
"Kami sudah cari dia. Kami minta ke Polres. Sampai hari ini kita cari dia," ujar Lenis.
Diterangkan Lenis, pencarian dua pendeta tersebut sebenarnya hendak menanyakan soal maksud dan tujuan surat edaran tersebut. Sebab, surat bertanggal 11 Juli itu diduga sebagai rangkaian awal peristiwa pembakaran masjid di Kabupaten Tolikara, ketika umat Islam sedang melaksanakan shalat Idul Fitri, Jumat (17/7).
Sebuah masjid di Tolikara dibakar sekelompok masa yang diduga jemaat dari Gereja Gidi. Pembakaran tersebut buntut dari protes jemaat Gereja Gidi terhadap umat Islam yang melaksanakan shalat Ied.
Protes mereka lakukan sebab dikatakan sudah ada surat pemberitahuan tentang larangan merayakan hari raya Idul Fitri di wilayah tersebut.
Dikatakan dalam surat tersebut, larangan berlebaran itu lantaran berbarengan dengan kegiatan kepemudaan jemaat Gereja Gidi. Mereka pun meminta agar pemeluk Islam perempuan dilarang mengenakan jilbab saat gelaran jemaat Gereja Gidi itu berlangsung.
Sumber: ROL