Oleh Jawwad Mahmoud Mustafa
Kolumnis asy-Syarq Qatar
Dengan hikmah-Nya, Allah memilih sebagian tempat lebih mulia di banding lainnya. Dia memilih sebagain manusia lebih mulia di banding lainnya. Dia memilih waktu lebih mulia di banding waktu lainnya. Seperti nabi kita Muhammad bin Abdullah sebagai manusia terbaik, Ramadhan dan malam Lailatul Qadr lebih baik dari lainnya, Makkah, Madinah, Baitul Maqdis dijadikan lebih mulia di banding tempat dan waktu lainnya.
Baitul Maqdis dan Palestina secara khusus dan negeri Sham secara umum dikaitkan dengan risalah wahyu dari langit dengan kaitan erat. Baik di era awal sejarah umat manusia, pertengahan hingga terakhir. Sehingga bumi ini dikenal dengan pemangku risalah dan tempat turunnya wahyu dan tempat hunian para nabi dan tempat hijrah mereka.
Baitul Maqdis memiliki kedudukan agung dalam kehidupan para nabi dan rasul. Ia menjadi kiblat pertama mereka, menara dakwah kepada tauhid. Para nabi kalau tidak dilahirkan di sana, atau pernah singgah atau meninggal dunia dan dikubur di sana, atau shalat di sana atau mendekatkan diri kepada Allah, atau berhijrah ke sana atau hidup di sana.
Baitul Maqdis menjadi tujuan para penakluk dan tempat berjaga para mujahidin melawan musuh-musuh Allah. Ia menjadi tempat kelompok yang ditolong Allah yang berjuang demi kebenaran, memenangkan atas musuh-musuh mereka. Nabi Muhammad memberikan kabar gembira mereka akan bisa membuka kota ini kembali. Di sana kelompok yang ditolong itu melawan kebatilan dan membunuh Dajjal. Baitul Maqdis adalah tanah mahsyar dan manshar, tempat dihimpunkannya para makhluk setelah dibangkitkan dari kubur. Di Sham adalah pusat negeri umat mukmin.
Negeri Palestina diberkahi karena di awal sejarah ada masjid Al-Aqsha sebagai tempat kedua yang dibangun di muka bumi untuk
ibadah kepada Allah setelah Masjidil haram.
Dari Abu Dzar RA, dia berkata, “Wahai Rasulullah, apa masjid yang pertama dibangun di muka bumi? Beliau berkata, “Masjidil Haram.” Kemudian apa? Beliau bersabda, “Masjid Al-Aqsha.” Berapa jarak pembangunan antara keduanya? “40 tahun, dimanapun kamu mendapatkan waktu shalat di sana maka shalatnya, karena ada keutamaan di dalamnya.”
Al-Hafil Ibnu Hajar merajihkan bahwa pembangunan Masjid Al-Aqsha di Baitul Maqdis dilakukan pada masa Nabi Adam dan di masanya pula, dibangun Masjidil Haram di Makkah. Hadits di atas tidak memberikan dalil (bukti) bahwa Ibrahim dan Sulaiman yang membangun kedua masjid tersebut dari awal. Namun Ibrahim dan Sulaiman memperbaruinya dimana pondasi sudah dibangun oleh selain mereka berdua.
Inilah awal mula dari bumi suci tersebut. Ini memberikan petunjuk dan isyarat akan peristiwa dan kejadian besar yang akan terjadi di sana. Tempat suci ini menjadi poros konflik antara kebenaran dan kebatilan sejak Allah menciptakannya sampai mewariskan bumi.
Sejarah tidak mengenal sebuah tempat yang terkait secara waktu dengan risalah langit seperti halnya di Baitul Maqdis. Ia memiliki kaitan besar dengan kehidupan Nabi Muhammad saw. sebagai penutup para nabi dan rasul. Di masanya, Nabi mengabarkan kota Baitul Maqdis akan ditaklukkan. Seperti diceritakan oleh hadits Auf bin Malik Al-Asyaja’i, ia berkata, “Saya datang kepada Nabi saw. di perang Tabuk. Ia berada di kubah dari kulit. Kemudian beliau bersabda, “Ada enam hal akan terjadi sebelum hari kiamat terjadi; kematianku, kemudian dibukanya Baitul Maqdis.”
Bahkan Nabi sendiri ikut berperang dalam peperangan Tabuk melawan Romawi dan menyiapkan sendiri pasukan pimpinan Usamah bin Zaid di perang Mu’tah dan misi dilanjutkan sampai kota itu ditaklukkan di masa khalifah Umar bin Khattab. Dengan izin Allah, dalam waktu dekat kota Baitul Maqdis akan kembali ke pangkuan umat Islam.
Sumber: infopalestina.com
Dari Abu Dzar RA, dia berkata, “Wahai Rasulullah, apa masjid yang pertama dibangun di muka bumi? Beliau berkata, “Masjidil Haram.” Kemudian apa? Beliau bersabda, “Masjid Al-Aqsha.” Berapa jarak pembangunan antara keduanya? “40 tahun, dimanapun kamu mendapatkan waktu shalat di sana maka shalatnya, karena ada keutamaan di dalamnya.”
Al-Hafil Ibnu Hajar merajihkan bahwa pembangunan Masjid Al-Aqsha di Baitul Maqdis dilakukan pada masa Nabi Adam dan di masanya pula, dibangun Masjidil Haram di Makkah. Hadits di atas tidak memberikan dalil (bukti) bahwa Ibrahim dan Sulaiman yang membangun kedua masjid tersebut dari awal. Namun Ibrahim dan Sulaiman memperbaruinya dimana pondasi sudah dibangun oleh selain mereka berdua.
Inilah awal mula dari bumi suci tersebut. Ini memberikan petunjuk dan isyarat akan peristiwa dan kejadian besar yang akan terjadi di sana. Tempat suci ini menjadi poros konflik antara kebenaran dan kebatilan sejak Allah menciptakannya sampai mewariskan bumi.
Sejarah tidak mengenal sebuah tempat yang terkait secara waktu dengan risalah langit seperti halnya di Baitul Maqdis. Ia memiliki kaitan besar dengan kehidupan Nabi Muhammad saw. sebagai penutup para nabi dan rasul. Di masanya, Nabi mengabarkan kota Baitul Maqdis akan ditaklukkan. Seperti diceritakan oleh hadits Auf bin Malik Al-Asyaja’i, ia berkata, “Saya datang kepada Nabi saw. di perang Tabuk. Ia berada di kubah dari kulit. Kemudian beliau bersabda, “Ada enam hal akan terjadi sebelum hari kiamat terjadi; kematianku, kemudian dibukanya Baitul Maqdis.”
Bahkan Nabi sendiri ikut berperang dalam peperangan Tabuk melawan Romawi dan menyiapkan sendiri pasukan pimpinan Usamah bin Zaid di perang Mu’tah dan misi dilanjutkan sampai kota itu ditaklukkan di masa khalifah Umar bin Khattab. Dengan izin Allah, dalam waktu dekat kota Baitul Maqdis akan kembali ke pangkuan umat Islam.
Sumber: infopalestina.com