Siapakah Qari' Favoritmu?


Siapakah Qari' Favoritmu?

by Adnan Arafani

Akhir-akhir ini, yang membuat kita cukup bahagia adalah banyaknya imam masjid yang murattalnya direkam dan diunggah ke internet baik video atau audionya diseluruh dunia. Mereka memiliki suara yang merdu, makhraj yang bagus dan hafalan yang dhabit. Beberapa diantara mereka memiliki pelanggan yang sudah sangat banyak di kanal Youtube-nya, dengan komentar dari berbagai bahasa di tiap videonya, dengan abjad bervariasi pula, latin, arab, india, bahkan hiragana dan katakana. Tak sedikit juga yang berkomentar dengan abjad latin itu adalah komentar berbahasa Indonesia dan Malaysia. Artinya animo masyarakat Indonesia dan dunia cukup antusias terhadapat perkembangan ini.

Proses penerimaan publik dan peningkatan popularitas para murattil dimasyarakat belakangan ini, setidaknya secara pribadi, dapat terlihat dari pengalaman kita masing-masing. Bagi saya pribadi, Qari yang pertama saya kenal adalah Muammar ZA (dari Indonesia), yaitu saat SD, sebab papa saya mengoleksi beberapa kaset tape tilawah ustadz Mu’ammar ZA ini.  Lalu saat kelas 2 Madrasah Tsanawiyyah saya dapat pinjaman kaset murattal Juz 28 Hanny Ar Rifai dari salah satu kawan yang pindah dari Pondok Tahfizh di Lampung ke sekolah kami di Solok, Sumatera Barat.

Setelah saya masuk Pondok (Islamic Boarding School) di Kota Padang, barulah saya kenal dengan murattal Qari internasional lainnya seperti Abdurrahman Sudais, Suraim, Al Mathrut, Muhammad Ayyub, Sa’ad Al Ghamidy dan Musyari Rasyid. Khusus murattal Musyari Rasyid bagi saya begitu mengesankan pada waktu itu, selian iramanya paling saya sukai, saya juga memperoleh kaset tape aslinya langsung dari Quwait melalui salah satu ustadz yang berkunjung ke sana, satu kaset berisi surah Ali Imran. Pada masa ini, rekaman murattal dalam bentuk file audio sudah mulai lebih tenar daripada rekaman di kaset tape. Sehingga kami para siswa dan siswi juga mengalami “fase peralihan” dari mendengarkan murattal dari Walkman ke MP3 Player di pondok.

Semakin hari berjalan semakin menggembirakan pula perkembangan ini, seiring akses internet makin mudah didapatkan saya juga mulai kenal dengan para Qari' muda (waktu awal terkenalnya mereka masih muda, sekarang sudah dewasa tentunya) seperti Muhammad Toha Junaid dan Ahmad Saud.

Adapun sekarang, trend yang sedang berkembang hari ini adalah munculnya Qori Muda "Kekinian", salah satu yang paling terkenal adalah Fatih Seferagic, pemuda kelahiran 1995 dari Amerika Serikat. Selain Fatih, ada juga murattil muda lainnya seperti Misyari Al Baghli dari Quwait, Qari Youssef dari Amerika, Wahhab Jibril dari Perancis, dan Faishal Lathief yang juga dari Amerika. Empat murattil ini cukup populer dengan follower Twitter dan Instagram yang banyak, begitu juga likers di Facebook serta subscribers di kanal Youtube mereka.

Kalau kita mencoba mengekplorasi lagi berbagai video murattal di Youtube, kita akan menjumpai lebih banyak lagi murattil yang difavoritkan masyarakat seperti Salman Al Utaybi, Mansoor Mohaddine, Muhammad Salah Nafea, Maher Al Muaiqnly, Abu Bakar Ash Shatiry, Yasir Ad Dosari, Muhammad Jibril, Omar Hisyam Al Arabi, Syeikh Idris Akbar Ahmed Al Ajmi dan yang direkomendasikan ustadz Zulfi Akmal, penulis buku “Ketika Kisah Menuturkan Hikmahnya” adalah murattal klasik Syeikh Mahmoud Khalil Al Hussary. Diantara para murattil ini, ada yang rekaman tilawahnya sengaja direkam di studio, ada yang rekaman milik masjid yang  kemudian di unggah ke internet dan bahkan ada rekaman pribadi jama’ah. Adapun di Bandung sendiri ada Hannan At Taqi yang sudah tersedia murattal Juz 30 beliau.

Alasan orang menyukai suatu murattal berbeda-beda, dan ini wajar. Bisa jadi berdasarkan qari mana yang lebih dahulu dikenalinya, atau berdasarkan tajwid, berdasarkan irama, berdasarkan tampilan dan pengemasan rekaman, tampilan si Qari sendiri, atau berdasarkan kesamaan kecenderungan mazhab, dan sebagainya.

Perbedaan preferensi ini pada umumnya disebabkan oleh berfariasinya tujuan mendengarkan murattal itu sendiri, seperti bertujuan utama untuk tahsin dan mengahafal ayat tertentu sehingga lebih suka murattal yang lambat dan lebih jelas huruf per huruf, untuk mengulang hafalan yang sudah ada sehingga cenderung memilih tilawah yang ber-ritme cepat, untuk menjadi pedoman irama shalat berjama’ah sehingga memilih murattal yang cocok dengan jenis suaranya, untuk ruqyah sehingga lebih suka tilawah yang lugas dan terkesan tegas-membakar, untuk muhasabah yang berirama syahdu, untuk didengarkan sebelum tidur yang suara Qarinya lembut, untuk diperdengarkan melalui corong menara masjid sehingga lebih suka tilawah dengan memiliki fariasi irama lebih banyak dan sebagainya.  Bahkan diantara kami siswa pondok, kecenderungan kami juga menyukai murattal dari asatidz kami sendiri,walaupun beliau beliau itu tidak memiliki rekaman murattal.

Secara umum, perkembangan keragaman jenis murattal ini serta kebertetimaannya di masyarakat adalah kabar gembira untuk kita, ditambah lagi banyaknya bermunculan murattil lokal dan qari-qari’ah cilik di berbagai penjuru nusantara. Begitu juga para imam di masjid-masjid kampus juga memiliki murattal yang dapat dibanggakan sementara mereka ini adalah pemuda dan mahasiswa di kampus itu sendiri.  Disamping membaca Al Qur’an secara langsung, mengoleksi file murattal dan rutin mendengarkannya adalah suatu kebiasaan yang baik dan sangat bermanfaat, bahkan secara psikologis telah dibuktikan pengaruh positif mendengarkan murattal Al Qur’an. Oleh sebab itu, mari kita jadikan lantunan Al Qur’an ini menjadi bagian dari keluarga inti kita sehingga ia menghiasi ruang keluarga kita, ia bersemanyam diruang tamu, ia hadir dikamar tidur, dan ia melantun syahdu di lapangan bermain anak-anak kita. Kita biarkan lantunan Al Qur’an muncul di alam bawah sadar kita, bahkan menyelinap ke mimpi dan buah tidur kita.

Jika hari ini kita menanyakan kepada sebagian besar anak muda kita, siapa penyanyi idolanya, apa group Band kesukaannya, kepada klub sepakbola mana mereka berikan fanatisme mereka, lalu mereka dengan suara yang optimis memberikan jawaban sigap, lugas dan mendetail, mereka bahkan menklasifikasikan jawaban mereka : penyanyi nasional atau internasional, band Indonesia atau Asing, klub lokal atau eropa. Namun yang menjadi impian kita pada akhirnya adalah kala anak-anak kita dan saat pemuda-pemudi kita ditanya, “Siapa Qari favoritmu nak?” “Siapa Murattil kesukaanmu dik?” Mereka segera menyebutkan tiga, empat, bahkan lebih nama-nama para pelantun Qur’an ini, bahkan bukan hal yang tidak mungkin mereka menyebut salah satu qari favoritnya adalah kita, orang tuanya sendiri, abang dan kakaknya sendiri.

Jadi, siapakah qari favoritmu? :)