Kisah Pak Raden Jual Lukisan ke Jokowi Tapi Dibeli Prabowo


Drs Suyadi atau yang akrab dipanggil Pak Raden (lahir di Puger, Jember, Jawa Timur, 28 November 1932) telah meninggal dunia Jumat (30/10/2015) malam di Jakarta pada usia 82 tahun.

Setelah dimandikan, dikafani, dishalatkan dan disemayamkan di rumah duka di kawasan Petamburan, Jakarta Pusat, jenazah Suyadi alias Pak Raden akan dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jeruk Purut, Jakarta Selatan, Sabtu (31/10/2015) siang ini.

Drs. Suyadi adalah pencipta Si Unyil, sebuah film seri televisi Indonesia. Suyadi menciptakan Si Unyil agar terdapat acara mendidik untuk anak-anak Indonesia pada tahun 1980-an.

Selama hidupnya, Pak Raden sangat lekat dengan dunia seni dan anak-anak. Dikenal sebagai pencipta boneka Si Unyil, Pak Raden juga jago melukis dan membuat sketsa. Sayangnya hingga masa tuanya Pak Raden hidup dalam kekurangan, sampai harus menjual lukisan untuk biaya berobat.

Ada cerita haru ketika tahun 2012 silam Pak Raden butuh biaya berobat. Sebuah lukisan berjudul 'Perang Kembang' dicoba ditawarkan kepada Jokowi yang saat itu masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Saat itu, Pak Raden nekat datang ke Balai Kota, tempat Jokowi berkantor. Namun, Jokowi tidak ada dan dia hanya ditemui Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Namun hingga dua minggu setelah pertemuan, tak ada kabar dari Balai Kota apakah lukisannya akan dibeli atau tidak. Lukisan itu akhirnya dibeli oleh Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.

"Yang membeli akhirnya Pak Prabowo. Saya kurang paham dari mana beliau mengetahui niat saya ini, ujug-ujug utusannya datang dan saya menerimanya dengan suka cita. Urusan saya hanya berkarya, melukis, membuat buku dan mendongeng. Bukan urusan yang lain. Pak Prabowo menyambut niat baik saya ini, dan tak ada alasan bagi saya untuk menolak niat baiknya ini," kata Pak Raden saat diwawancarai merdeka.com, Rabu (2/10/2012) silam.

Dia menjelaskan, lukisan 'Perang Kembang' mengisahkan perlawanan seorang kesatria melawan raksasa yang direfleksikan dari cuplikan kisah pewayangan Surakarta. Lukisan dituangkan dalam kanvas berukuran 70 cm x 1 meter.

Pak Raden menceritakan, uang yang diperolehnya tak hanya dipakai untuk biaya berobat. Sebagiannya dia gunakan untuk mencetak manuskrip buku cerita anak bergambar yang selama ini dibuatnya.

"Nanti, jika ada uang lebih atau sponsor, saya mau membuat buku lagi untuk remaja. Buku cerita berdasarkan cerita wayang untuk remaja juga sangat langka. Di kepala saya masih banyak ide (judul) buku dan lukisan bertema seni pertunjukan tradisional. Untuk itu saya niatkan menjual lagi beberapa karya lukisan yang sebenarnya masterpiece buat saya," kata Pak Raden.

Di usia senjanya, Pak Raden tak lelah berkarya, sayangnya, banyak karyanya kurang mendapat apresiasi.

"Saya pedagang yang bukan cuma bisa duduk diam dan mengelus dada melihat kondisi yang memprihatinkan terhadap buku untuk anak-anak tentang seni tradisional. Saya ingin berbuat banyak dan ketika kabar bahwa Pak Prabowo akan membeli lukisan, saya yakin beliau paham mengapa saya yang sudah sepuh begini masih ini ingin terus berkarya," pungkasnya. [merdeka.com]

Selamat jalan, Pak Raden. Jasamu sungguh besar untuk anak Indonesia...

Allahummaghfirlahu warhamhu wa ‘aa fihi wa’fu ‘anhu..

"Ya Allah, ampunilah dosa-dosanya, kasihanilah ia, sejahterakanlah ia, hapuskanlah dosa-dosanya."