Baju Batik Bercorak Asap
Seharian kemarin (2 Oktober 2015) banyak orang disibukkan oleh Hari Batik. Heran saja dengan Hari Batik itu dimaksudkan untuk apa, meski roman-romannya selalu saja ada udang di balik batu.
Jika memang dalam rangka mengenalkan dan mematenkan batik Indonesia agar menjadi produk dalam negeri lalu meroket ke skala internasional dan selanjutnya makin meroketlah usaha dan bisnis batik bagi rakyat Indonesia, maka sebelum go internasional silakan go to Tanah Abang dulu. Di sana akan nampak mati kutunya bisnis pribumi di bidang perbatikan sebab serangan produk batik sudah dilakukan oleh pengusaha dan produsen batik dari negeri komunis. Silakan produsen batik pribumi bersaing menjual daster batik buatan negeri komunis yang harga grosiran bisa hanya 12.000 rupiah.
Tapi ya sudahlah, senangkanlah diri rakyat dengan menyibukkan mereka melalui Hari Batik, insya Allah mereka akan sibuk seharian memakai batik, bikin status tentang batik, naik motor pakai batik, berenang pakai batik, membeli baju batik baru, sampai rencana menjadi produsen batik, lalu lupakan mereka dengan asap yang sudah banyak menelan korban, lupakan mereka dari emas dan uranium yang siap disedot oleh drakula emas hingga 500 tahun ke depan, lupakan mereka dari tagihan listrik yang makin mahal, lupakan mereka dari semrawutnya jalanan kota, lupakan mereka dari makanan sehat, dan lupakan mereka semua bahwa sekarang sudah bulan Oktober saat dimana roket sudah lepas landas sejak bulan September, mungkin roketnya sekarang sudah berada diluar atmosfer hingga tak akan mungkin terjangkau lagi saking meroketnya.
Terakhir, selamat bagi yang bisa berbahagia di Hari Asap, eh, Batik.
Fairuz Ahmad
Penulis Buku
_____
[Berita terkait]
Batik China pun serbu Tanah Abang
Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah pedagang di Pusat Grosir Tanah Abang, Jakarta, masih menjual batik buatan China dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan batik asli buatan Indonesia.
"Iya, sampai sekarang saya masih terus mengimpor produk-produk batik buatan China karena bisa dijual dengan harga yang jauh lebih murah," kata Asti Setya, pemilik salah satu toko batik di Pusat Grosir Tanah Abang, Jakarta, Jumat.
Batik-batik buatan China, kata Asti, semuanya merupakan batik cetak mesin. Berbeda dengan batik lokal yang jenisnya bermacam-macam, yaitu cetak, cap dan tulis.
Hampir sama dengan Asti, Rendy Jaya, pemilik salah satu toko yang hanya menjual batik secara grosir, tidak hanya menjual produk batik buatan China, tetapi juga Malaysia dengan alasan harga jual yang lebih murah.
"Saya menjual berbagai jenis batik, ada yang asli Indonesia, buatan Pekalongan, ada yang dari China dan ada juga yang berasal dari Malaysia. Harganya memang bervariasi, namun yang termurah adalah yang buatan China," kata Rendy.
Rendy menambahkan prosentase batik lokal yang dijual di tokonya adalah sebesar 60 persen, batik China 30 persen dan 10 persen batik Malaysia.
Batik-batik buatan China yang dijual di Pusat Grosir Tanah Abang, Jakarta, terdiri dari berbagai model, mulai dari kemeja laki-laki, kemeja perempuan, blouse hingga gaun.
Harganya berkisar antara Rp30.000 hingga Rp80.000 per buah, sementara untuk batik buatan lokal, harganya berkisar antara Rp65.000 sampai jutaan, tergantung jenis dan motif.
Sumber: Antara