"Aku bukan HMI! Tapi tak mau HMI dibunuh!"


Aku bukan HMI!

Tapi HMI adalah sejarah besar, pengisi ruang intelektual selama ini, sekaligus masa depan! Ini fakta.
HMI adalah organisasi manusia, tentu khilaf sangatlah mungkin, tapi dari Rahim HMI lahir orang-orang besar, lahir pula karya-karya agung, setidaknya dalam beberapa dekade terakhir, Republik ini perlu bersyukur memiliki HMI.

Tapi hari ini, seperti hari-hari sebelum ini, Operasi dimainkan oleh kepentingan tertentu untuk 'membunuh' kekuatan Islam. Dari tokohnya sampai organisasi kepemudaannya, dari ormas sampai orpolnya. Mari bergandengan tangan, inilah momentum kebangkitan itu. Hati-hati pembusukan! Sistematis dan terencana.

Demikian tulis netizen Yudha Permana Putra di dinding facebooknya, Senin (23/11/2015).

Ya. Selain berita Freeport-SS-SN, hari-hari ini ramai di media berita tentang Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang sedang menggelar Kongres ke-29 di Pekanbaru, Riau, 22-26 November 2015.

Hampir semua berita di media tentang HMI menggambarkan keburukan. Coba Anda googling, maka judul-judul berita mulai dari: rusuh, ricuh, senpi, tolak bayar, nasi bungkus, pake dana APBD, bentrok polisi, halte rusak, dll.

Pengamat politik yang mantan HMI, Indra J Piliang, sampai menyatakan serangan hitam terhadap HMI begitu kejam.

"Serangan hitam atas HMI ini sangat kejam, sistematis dan penuh kebencian. Anda cek ke organisasi masing2, pernah ngemis APBD gak?" cuitnya di twitter @IndraJPiliang, tadi malam (23/11).