Telaga di Padang Mahsyar & Kerinduan Rasulullah Pada Umatnya


Dari Abu Hurairah r.a:
Bahwasanya (suatu saat) Rasulullah ﷺ datang ke kuburan, maka beliau mengucapkan: "Assalamu alaikum dara qaumin Mu'minin wa inna insya Allahu bikum lahiqun (kesejahteraan atas kalian wahai penghuni perkampungan kaum mukminin, dan insya Allah, kami akan menyusul kalian). Alangkah inginnya hatiku bertemu saudara-saudaraku."

Para Sahabat berkata: "Bukankah kami ini saudara-saudaramu, wahai Rasulullah?"

Beliau menjawab, "Kalian adalah para sahabatku. Adapun saudara-saudaraku ialah orang-orang yang belum muncul."

Mereka (para sahabat) kembali bertanya: "Bagaimana engkau dapat mengenali umatmu yang belum muncul itu, wahai Rasulullah?"

Beliau menjawab: "Bagaimana pendapat kalian jika ada seseorang yang mempunyai seekor kuda berwarna putih cemerlang yang berada di tengah-tengah kuda yang berwarna hitam pekat, bukankah ia bisa mengenali kudanya itu?" "Tentu saja bisa, wahai Rasulullah," jawab para sahabat.

Lalu beliau bersabda: "Demikian pula halnya dengan mereka. Mereka datang dalam keadaan putih cemerlang pada wajah dan kaki karena bekas wudhu, dan aku yang akan membimbing mereka menuju telaga (Haudh*).

Ketahuilah, sesungguhnya akan ada beberapa orang yang diusir dari telagaku sebagaimana diusir unta yang tersesat. Lalu aku menyeru mereka: 'Mari ke sini!' Maka ada yang mengatakan, 'Sesungguhnya mereka (yang diusir itu) adalah orang-orang yang mengubah (ajaran agama) sepeninggalmu.' Maka aku katakan: '(Kalau begitu) menjauhlah, menjauhlah!" [HR. Muslim] /Kitab Riyadhus Shalihin

___
*Haudh (telaga) di Hari Kiamat.
Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah (Wafat: 728H) berkata:

وَفِي عَرَصَاتِ الْقِيَامَةِ الْحَوضُ الْمَوْرُودُ لِلنَّبِيِّ صَلَّىْ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ، ماؤُه أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ، وَأَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ، آنِيَتُهُ عَدَدُ نُجُومِ السَّمَاءِ، طُولُهُ شَهْرٌ، وَعَرْضُهُ شَهْرٌ، مَن يَّشْرَبُ مِنْهُ شَرْبَةً؛ لاَ يَظْمَأُ بَعْدَهَا أَبَدًا

“Dan ketika di ‘Arashaat Al-Qiyaamah (padang mahsyar), terdapat Al-Haudh (telaga) yang didatangi, milik Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, airnya lebih putih dari susu, lebih manis dari madu, bekas untuk menciduknya sejumlah bintang di langit, panjangnya sejauh (perjalanan) satu bulan, lebarnya sejauh (perjalanan) satu bulan, sesiapa yang minum darinya sekali minum, dia tidak akan dahaga setelah itu selamanya.” (Syarah Al-‘Aqidah Al-Wasithiyah, 2/157-160)

Dan setiap Nabi memiliki telaga masing-masing, tetapi haudh (telaga) Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam adalah yang paling besar, paling agung, dan paling banyak didatangi berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam:

إِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ حَوْضًا وَإِنَّهُمْ يَتَبَاهَوْنَ أَيُّهُمْ أَكْثَرُ وَارِدَةً، وَإِنِّي أَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ وَارِدَةً

“Sesungguhnya bagi setiap Nabi ada telaga (haudh), dan sesungguhnya mereka saling berbangga jika telaganya yang paling banyak didatangi (oleh umatnya), dan sesungguhnya aku berharap bahaw akulah yang telaganya paling banyak didatangi orang (untuk meminumnya).” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2443)