DI BELAKANG LAYAR SELFIE NATUNA


Kedatangan Presiden RI di perairan Natuna yang kabarnya sempat melakukan rapat terbatas di atas KRI Imam Bonjol (383) sama sekali tidak memiliki kekuatan politik regional.

Hanya karena berhasil menangkap kapal-kapal kecil, lalu membuat kepala negara tersebut dengan gagah-gagahan mejeng di atas geladak kapal perang? Itu hanya akan menjadi bahan tertawaan negara-negara Asia Tenggara.

Lain cerita kalau kapal perang Indonesia berhasil membuat kerusakan fisik pada bagian kapal perang China ataupun kapal patroli pengawal pantai miliknya yang berpangkalan di Spratly Island. Atau barangkali Denjaka TNI-AL membuat sabotase pada kapal perang China di luar wilayah perairan Natuna.

Sebatas mata memandang memang tidak terlihat, tetapi cobalah melihat melalui binokular yang menempel di atas geladak KRI Imam Bonjol, lalu melihatlah ke arah koordinat 10 N dan 114 E, nanti akan muncul penampakan kapal perang kelas perusak milik AL China sedang mengintai.

Persoalannya bangsa Indonesia sendiri sudah terbelah, gara-gara pilpres 2014. Masyarakatnya malah dibikin bodoh dengan foto-foto hasil pemotretan Istana. Tanpa banyak yang mengetahui China sudah mendapatkan cukup besar dukungan internasional atas klaim di perairan Laut China Selatan.

Di lain pihak, Indonesia sendiri yang seharusnya menjadi pemimpin ASEAN justru tidak mendapatkan dukungan politik di Laut China Selatan yang mana sebagiannya masuk ke perairan Natuna.

Karena apa? Karena sikap politik Indonesia sendiri dari dulu memang tidak pernah jelas! Barangkali boleh dikatakan NIHIL!!

(Leo Kusuma)