Menlu Arab Saudi, Adil Al-Jabir, di sela-sela Sidang Majlis Umum PBB di New York (29/9/2015) menegaskan bahwa Presiden Suriah, Bashar Al-Assad, hanya punya dua pilihan, meletakkan jabatannya atau berperang.
Menlu Al-Jabir menolak langkah diplomasi Rusia terkait penyelesaian konflik berkepanjangan di Suriah saat ini dengan mengusulkan pembentukan koalisi internasional memerangi ISIS.
Menurut Jabir, tidak ada tempat lagi bagi Al-Assad di Suriah. Hanya ada dua pilihan, melalui penyelesaian politik dengan membentuk dewan transisi setelah Al-Assad mundur, atau pilihan militer guna menjatuhkan Al-Assad dengan paksa.
Al-Jabir tidak menjelaskan dengan rinci maksud dari ‘pilihan langkah militer’ yang disebutnya, namun mengungkapkan bahwa Riyadh mendukung kekuatan oposisi moderat di Suriah yang berperang melawan tentara Al-Assad dan juga tentara ISIS, demikian lansir RT Arabic yang dikutip dakwatuna.
Namun pasca ancaman Saudi ini, Assad meminta bantuan Rusia untuk mendukungnya dan kemarin Rabu (30/9), bantuan Rusia datang. Pesawat Rusia membombardir wilayah yang dikuasai mujahidin FSA yang menimbulkan puluhan korban jiwa termasuk anak-anak. (Baca: 'Karpet Syiah Perenggut Nyawa' di Suriah)
Bagaimana langkah Saudi selanjutnya pasca serangan Rusia ini?
"Moga bukan cuma gertak sambal doang....," ujar pengamat timteng Abdullah Haidir di akun twitternya @abdullahhaidir1 (30/9).
"Rusia mulai petualangan baru, gempur mujahidin Suriah atas permintaan rezim Asad yg didukung Iran. Insya Allah akan jadi Afghan kedua bg mrk," lanjut alumni LIPIA ini.