Coretan untuk Bapak Presiden Jo..
Selamat subuh Pak Jo,
Di Palembang pagi, siang, sore, dan malam seperti kabut di hari subuh,
Indah sekali..bak negara diatas awan abu..
Ada jutaan orang berteriak menyerukan asap
Kepada manusia terpilih, di belahan bumi, bernama Indonesia
Pak jo, sudah seminggu ini..
Anak saya 4jam sekali harus nebulasi (alat uap)
Bapak tentu tau?
Beruntung saya mampu beli loh pak (kalimat sombong-nya), beruntung uang saya masih banyak untuk sekadar foya-foya, opname beberapa hari..
Tapi saya tidak sanggup membeli alat semprot asap, utk mengeluarkannya dari petak rumah saya
Beruntung saya mampu beli TV dan mengisi kuota internet smartphone untuk sekadar membuka youtube lagu-lagu anak, mengalihkan mereka untuk tdk bermain diluar kamar..
Tapi saya tidak sanggup memanggil guru dan teman-teman sekolahnya, membayar mereka untuk bisa seperti bersekolah dirumah..
Seminggu ini kedua anak saya (yg sulung dan tengah) menikmati permen pahit nya (baca : obat)
Suara dalam tubuh nya seperti rongsokan mobil tua..kroook..kroook..
Indah sekali jika saya alunkan bersama angklung
Ketika malam, mereka tdk bisa tidur nyenyak, karena sibuk bernyanyi dengan sesak
Mereka senang memakai masker sponge bob sepanjang hari, yang terkadang kedodoran di pipi tembamnya
Lucu sekali, masker si Khenzy masih penuh iler.. Dan tidak pernah mau diganti..walaupun sudah basah dan bisa diperas..
Di wajah mereka terekam sebuah cerminan Indonesia kecil yang penuh pengharapan..
Apa (kaum) mereka masih memiliki umur panjang untuk berharap?
Dan Si bungsu Khenzo, anak saya yang usia nya baru saja 7hari..
Betapa bangga dia sudah punya ingus, mengalir bak susu kental manis dipucuk sepotong roti..
Dia juga senang, bisa minum obat bersama dengan kedua kakak-nya di usia sangat dini
Bapak Jo..
Saya senang,
Memiliki waktu lebih lama dikala malam dengan anak-anak, karena mereka sibuk berlatih mengasah nada dengan nafas yang sesak
Saya senang,
Tidak perlu mengantar kedua nya ke sekolah
Toh SPP tetap (sanggup) saya bayar
Saya masih layak untuk bersyukur...
Saya senang berpijak di belahan dunia dimana bapak duduk di kursi paling tinggi..
Saya tdk perlu memikirkan dollar yang melambung diantara ranting pepohonan mahoni, Bak bola yang terlempar oleh kaki..
Saya senang,
Tidak perlu memikirkan sakit nya orang banyak, karena semua sudah bapak biaya-i
Saya senang,
Hari ini listrik padam, besok air berhenti, lusa para binatang mati..entah minggu depan apa genteng rumah saya tertimpa asap berat karena polusi?
Saya senang,
Banyak orang sekolah dengan gratis, sekolah tanpa perlu bersepatu karena lantai mereka adalah tanah dan dinding mereka adalah ilalang
Saya senang,
Melihat jingga yang kini berubah warna menjadi merah..
Ahhh, sudahlah..
Yang penting, matahari di negeri ini masih betah untuk menyengat..
Menyengat peluh diantara keluh pun keringat si pengemis, pengumpul botol aqua dan kardus bekas..
Saya senang,
Suami saya adalah pemerintah yang tetap setia mengikuti apel pagi nya..
Pak Jo..
Ini foto yang diambil adik saya si calon dokter, kemarin..di rumah sakit orang miskin (baca : tidak mampu)
Badannya bungkuk, Matanya lebam biru, Nafasnya turun naik, batuknya seperti lagu Hari merdeka.. bersemangat!!
Dia terbatuk-batuk hingga pingsan..
Ibu nya menggunakan sandal jepit, berbaju daster koyak, berlari, menjerit, menangis, kebingungan..mencari pertolongan..
Pembuluh darahnya nyaris pecah karena batuk yang parah..
Bapak nangis?
Sudah, jangan sedih dulu..
Ada banyak pasien antri dengan kasus yang lebih berat pak..
Ada banyak muka kesusahan Ibu yang bayi-nya menghitung sisa umur..
Ada banyak Ayah yang sedang menjual kompornya untuk biaya rumah sakit..
Ada banyak pelacur yang menjajahkan "kue" untuk sekadar menyekolahi anak haram-nya..
Saya justru mau nangis karena Bapak..
Tidak sepatutnya orang-orang meneriaki bapak, memaki-maki bapak..
Karena bukan Pak Jo yang membakar hutan,
Bukan Pak Jo yang menyebarkan asap,
Bukan Pak Jo yang menghentikan hujan
Bukan Pak Jo yang membuat sakit atau miskin si Indonesia..
Toh, saat ini..Bapak Jo malah foto-foto bersama ratusan tentara yang siaga!
Berusaha menutup rapat nyengir, karena bapak tentu bekerja keras..
Keras sekali, sehingga keringat lupa untuk mengucur di kulit hitam yang terjilat panas-nya api..
Bapak Jo ikut shalat dibarisan paling depan,
Bermunajat meminta Tuhan meminjamkan hujan nya sebagai ganti dari air mata yang terpenjara..
Tapi, Seorang Bapak tetaplah Bapak..
Memiliki kendali sebagai kepala didepan buntut dan diatas kaki
Adalah anak-anak kami yang penuh dengan pengharapan di hari esok..
Ketika Bapak Jo atau saya mungkin sudah menciumi bau tanah dan berbaur dengan cacing...
Mereka (termasuk anak saya : Khenza, Khenzy, Khenzo yang saat ini sedang terbaring lemah berebut hirup udara segar)..
Berharap, ketika sore di bulan september mereka bisa menaikkan layang-layang dan bermain petak umpet di bumi Indonesia ini..
Berharap, hijau nya rumput bisa kembali terlihat (tidak seperti sekarang, yang mana kita hidup di negara zombie..semua tampak putih abu-abu..)
Berharap, ketika merah putih dikibarkan, tangan mereka lantang untuk hormat bukan karena sekadar taat kepada presiden..
Dan Saya,
Seorang Ibu yang saat ini berharap anak saya sembuh dengan cepat..
Atau paling tidak, anak saya kebal oleh asap..
Mercuvillia soniszta 30sept2015, tengah malam
(Tengah bertepuk dengan nyamuk dan ketiga anak saya baru saja tertidur pulas)
Noted ; foto ini tdk bermaksud untuk menghina, merendahkan, atau mengeksploitasi anak dibawah umur
**dedicated to : ibu-ibu yang punya anak..
*Sumber: fb