Semarang Minim Prestasi, Siapa yang Pantas Dievaluasi?*
Visi Kota Semarang "Terwujudnya Semarang sebagai Kota Perdagangan dan Jasa yang Berbudaya Menuju Masyarakat Sejahtera," nampaknya hanya menjadi angan-angan kosong yang hanya dijadikan jargon dan pencitraan belaka. Hal ini disebabkan oleh targetan yang telah dipatok pemkot sangat minimal sehingga tidak ada prestasi yang signifikan, seolah-olah pembangunan Kota Semarang terkesan formalitas mencapai targetan.
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, banyak catatan-catatan merah yang krusial selama kepemimpinan Walikota, Hendrar Prihadi. Diantaranya adalah:
1. Pengentasan angka kemiskinan yang cenderung stagnan yang hanya turun 4% saja, yaitu masih ada 373.978 warga miskin Kota Semarang dari 1.739.989 jiwa yaitu sekitar 21% warga miskin kota.
2. Penanganan banjir dan rob yang tidak optimal, sehingga menambah titik-titik banjir yang semakin banyak.
3. Pembangunan infrastruktur yang lambat, terutama pembangunan transportasi yang tidak sesuai target, padahal anggaran yang telah dialokasikan cukup besar.
4. Ruang Terbuka Hijau yang pembangunannya setengah hati, hanya tercapai 9% dari target 20% RTH Kota Semarang.
5. Hilangnya kas daerah sebesar 22,7 M menunjukkan lemahnya pengamanan uang rakyat, sehingga mengakibatkan hilangnya uang yang cukup besar.
6. Misteri pembelian Oudetrap 8,7 M dan kontroversi Rencana Pembangunan Trans Studio di area Taman Budaya Raden Saleh.
Itulah pokok persoalan yang melatari Aksi KAMMI Semarang, 24 April 2015 di depan Gedung DPRD Kota Semarang.
*dari fb KAMMI Semarang