Ephie Craze, yang menyatakan dirinya mantan istri dari seorang pecandu narkoba membuat 'Surat Terbuka' untuk Anggun C Sasmi (artis yang getol menolah Hukuman Mati untuk pengedar Narkoba).
Surat terbuka tersebut ditulis di laman facebooknya, Senin (27/4/2015). Berikut isi lengkapnya:
Surat terbuka utk mbak Anggun C Sasmi
Sy hanyalah ibu rumah tangga biasa mbak. Yg hy menyimak berita di layar kaca dan layar hp sy. Sampai pd hari ini anak sy mengomentari keikutsertaan mbak mendemo pemerintah Indonesia yg memutuskan hukuman mati warga negara Perancis yg menjadi pengedar narkoba di Indonesia. Anak sy berkata, "orang salah kok dibela?", ini yg membuat sy pilu. Oleh sebab itu, sy menulis surat terbuka ini utk mbak renungkan.
Apakah mbak tau apa saja akibat buruk narkoba? Sy rasa sbg wanita cerdas yg sdh melanglang buana pasti mbak tau pasti akan hal itu. Tp apakah mbak tau akibatnya bagi org2 terdekat yg mencintai org2 yg terlibat dengan narkoba? Sy rasa mbak tak memahami hal itu.
Sy adlh mantan istri dr seorang pecandu narkoba. Sy seorang ibu dr 2 org anak. Apakah mbak tau rasanya saat menangis memohon pd suami mbak utk berhenti mengkonsumsi narkoba? Sy ketakutan mbak! Anak sy msh kecil waktu itu, 5,5 thn dan bayi 4 bulan.
Apakah mbak tau rasanya saat sy dicemooh orang saat suami yg seorg aparat negara dijebloskan ke sel tahanan krn kasus narkoba dan kehilangan pekerjaan selama 15 thn dijalaninya? Sy rasa mbak tidak tau.
Apakah mbak tau rasanya setiap hari bezuk ke penjara atau menghadiri persidangan yg menguras emosi dgn menggandeng balita dan menggendong bayi di tengah tatapan iba dan bahkan mengejek dr org2 sekitar? Sy rasa mbak tidak tau itu.
Apa mbak pernah menghitung berapa biaya yg sy habiskan setiap hari utk membeli 4 pak rokok utk para petugas dan napi jaga saat sy membezuk suami? Apa mbak bisa menghitung brp biaya mengirim makanan dan uang transportasi ke penjara setiap hari bagi masyarakat golongan ekonomi menengah kebawah seperti kami?
Apa mbak tau sedihnya sy saat bayi sy terkena tifus di RS sementara suami sy di penjara? Apa mbak tau brp biaya RS yg sy keluarkan tiap kali suami OD? Apa mbak tau rasanya dijauhi sanak family krn sy mempertahankan suami sy?
Apa mbak tau perasaan anak2 sy saat mereka melihat suami menghajar sy di dpn mereka? Apa mbak tau rasanya saat suami memandang istrinya bagai musuh dan sll mengancam membunuh? Apa mbak tau rasanya kehilangan rumah, kendaraan, properti yg sy tabung dr kerja keras bahkan sejak sblm sy menikah?
Apakah mbak tau rasanya saat suami berpesta pora narkoba sana sini tanpa peduli tak ada makanan utk anak istrinya di rumah? Apakah mbak tau rasanya dicurigai dan dituduh setiap hari oleh suami yg paranoid? Apakah mbak tau rasanya diselingkuhi berkali2 hy krn mengejar kepuasan memakai narkoba?
Apa mbak tau rasanya saat anak menggigil ketakutan dlm pelukan sy? Apa mbak tau rasanya mendengar anak sy bercerita dgn detail bagaimana suami sy menyiapkan peralatan utk memakai narkoba?
Itu mimpi buruk di kehidupan sy mbak! Itu hy contoh2 kecil mbak. Itu bukan skenario sinetron di layar kaca. Bukan juga cm 1 atau 2 hari saja.
Tp sy mencoba bersabar dlm 7 thn! Bahkan dgn keadaan spt itu sy msh bersyukur krn msh bs mempertahankan kewarasan sy dan melindungi anak2 sy. Sy msh bersyukur krn bisa menutup mata, menulikan telinga, dan membungkam mulut demi anak2 sy. Sy bersyukur msh bs mengusap airmata dan mulai bekerja lagi. Butuh bertahun2 bagi sy utk merehabilitasi mental dan moral sy dan anak2 sy.
Janganlah mbak berpikir sy adalah orang yg kolot dan tak tau perkembangan dunia. Sy tau itu. Di Bali sdh terlalu sering sy melihat klien2 sy berpesta apapun, di sebuah pulau di Indonesia dan di Amsterdam sy melihat muda mudi menghisap ganja di tempat2 umum. Sy tau itu.
Tp hal itu bukan menjadi hal yg membuat sy akan menerima dan memakluminya. Sy muak melihat Freddy si gembong narkoba berbicara dgn santainya dan menjelaskan bahwa dia msh menjalankan bisnis narkoba dr balik tembok penjara, sy muak mendengar bhw para sipir terlibat dlm hal ini, dan terlebih lagi, sy muak membaca surat mbak kpd Presiden Indonesia utk menentang hukuman mati kepada warga negara Perancis itu, Serge Atlaoui dan bahkan mbak menyebut dia tulus dan jujur. Apa maksud mbak sebenarnya?
Dan skrg, sy lbh muak lagi melihat mbak berdemo bersama mereka. Bahkan menyebut kami kuno. Tapi bagi sy, modernisasi bukanlah spt yg mbak pikir.
Mbak memang hebat, py prestasi luar biasa sbg artis internasional. Dulu, sy sgt bangga memandang mbak di layar televisi, seorang wanita dr Indonesia yg bs ke luar negeri, bs berbahasa Inggris dan Perancis dgn fasih, dan menghasilkan album lagu dgn suara merdu mbak. Saat mbak memutuskan menjadi warga negara Perancis, sy mencoba mengerti. Tp yg sy tidak mengerti, untuk apa mbak menyurati presiden kami dengan sepenggal bahasa jawa dengan permintaan seperti itu?.
Sekali sj pemerintah kami membatalkan hukuman mati itu, tak akan ada lagi negara lain yg menghormati hukum di negara kami. Jangan masuk dgn narkoba ke negara kami kalau masih takut mati.
Sudahlah mbak, mbak sudah warga negara asing sekarang, sudah kehilangan nasionalismenya dgn menentang UU negara kami. Silahkan mbak berkoar2 di negara mbak. Biarkan kami melindungi negara kami. Melindungi anak cucu kami. Mungkin saat mbak mempunyai anak nanti, barulah mbak bs menyadari ketakutan kami. Bagi sy, hukuman mati utk dia akan menyelamatkan hidup banyak orang. Salam dari Indonesia, yg dulunya negara mbak.
Matur sewu sembah nuwun paringanipun kawigatosan dumateng kawulo.
*sumber: http://ift.tt/1KsdM4o