Aksi serdadu penjajah Zionis yang berusaha menangkap seorang bocah Palestina bernama Muhammad Tamimi berusia 12 tahun, dalam pawai pekanan di daerah Nabi Shaleh di barat Ramallah pada hari Jum’at (28/8), berubah menjadi pertempuran dengan segala maknanya, dengan pahlawan para ibu dan anak-anak yang terisolasi, dalam melawan seorang serdadu Zionis bersenjata lengkap.
Dengan segenap kekuatan yang dimilikinya, serdadu Zionis menindih korban sambil mengeluarkan kalimat macam-macam, meskipun korban adalah seorang bocah yang mengalami patah tulang di tangan kanannya. Pemandangan selanjutnya, para ibu dan anak-anak berhamburan mengeroyok serdadu Zionis untuk membebaskan Muhammad Tamini dari serdadu tersebut.
Kepada kantor berita Anadolu, Muhammad Tamimi menceritakan, “Saya merasakan bahwa dia (serdadu Zionis) tidak hanya ingin menangkapku saja, namun dia ingin membunuhku. Dia menekan saya dengan segenap kekuatannya sementara saya berada di atas batu. Saya berusaha melepaskan diri darinya namun tidak ada hasilnya.”
Kemudian Tamimi melanjutkan, “Saya berhasil bebas dan selamat karena bantuan ibu saya, saudara perempuan saya dan para wanita kampung.” Dia menegaskan, “Semua itu tidak akan menggentarkan saya. Saya akan terus ikut dalam pawai pekanan sampai kami bisa membebaskan negeri kami dari penjajahan ini.”
Muhammad Tamimi menegaskan, “Tanah ini adalah tanah kami. Kami akan membelanya dengan batu, dengan segala apa yang memungkinkan kami, dan dengan memboikot pruduk-produk Israel.”
Aksi serdadu penyerangan dan upaya penangkapan terhadap Muhammad Tamimi ini yang mendorong ibunya, Nariman Tamimi dan saudara perempuannya Ahd (13), bersama para wanita kampung untuk menyelamatkan dan membebaskannya dari tangan serdadu Zionis. Dengan mengeroyok dan memukuli serdaru Zionis dengan tangan mereka.
Nariman Tamini, ibu dari Muhammad Tamini, menuturkan, “Saat itu saya tidak berfikir apa-apa kecuali membebaskan anak saya dari penangkapan. Para wanita berubah menjadi singa betina pada saat terjadi sesuatu yang mencelakai anak mereka. Ini tidaklah aneh.” Dia menambahkan, “Serdadu Zionis memegang erat anak saya dengan segenap kekuatan, meski dia sedang mengalami luka patah tulang di tangannya. Saya sudah merasa bahwa saya kehilangan dia. Saya tidak bisa menggambarkan saat-saat itu.”
Nariman Tamimi sudah tima kali ditangkap penjajah Zionis dan mengalami luka berkali-kali. Terakhir adalah terkena tembak di pahanya pada 20 November 2014 lalu. Saudara lelakinya gugur dalam pawai pekanan di desa Nabi Shaleh. Namun dia mengatakan, “Hal itu tidak akan menggentarkan kami untuk melanjutkan aksi. Saya telah menanamkan perlawanan ini dalam jiwa anak-anak saya, yang saya persiapkan mereka dengan diri saya untuk terus terlibat sampai mereka mendahului saya untuk itu.”
Sumber: infopalestina.com