'Pak Densus88, mengapa hanya orang Islam saja yang ditembak? OPM, RMS kau biarkan?!'






Pak Polisi, kemarin Bapak mengepung dan mendobrak sebuah rumah di Cibubur, dimana di dalam rumah itu hanya terdapat 1 wanita bercadar dan 3 anak kecil. Jika Bapak seorang Muslim, pastilah Bapak paham mengapa wanita itu enggan membuka pintu untuk Bapak sekalian. Ya, karena sang Suami tidak sedang berada di rumah. Padahal Bapak tahu dimana keberadaan sang Suami, dia bersama Bapak, bukan? Sebelumnya Bapak sudah menangkap suaminya, bukan?



Bapak, jikapun ISIS berbahaya bagi keutuhan Negara ini, se-urgent itukah, sehingga penanganannyapun begitu heroik?



Bapak, sependek pengetahuan akal saya, saya belum pernah mendengar pemberontak Republik Maluku Selatan (RMS) ditangani oleh Densus 88. Bukankah mereka telah lebih lama mengancam dan menebar teror pada keutuhan Negeri Pertiwi? Mengapa Densus 88 tak menyentuh mereka?



Pun dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM), mengapa Densus 88 tak bergeming? Berapa nyawa anggota Polri melayang ditembus peluru mereka? Mengapa Densus 88 tidak diturunkan menumpas mereka? Apakah tindakan mereka tidak termasuk makar, seperti apa telah yang distigmakan pada para 'terduga' ISIS?



Bapak, mari jujur!

Siapa yang membentuk Detasemen Khusus 88 Anti Teror itu?

Siapa yang mendanai Detasemen ini?

Apa tugas mereka sesungguhnya?



Bapak, mengapa hanya orang-orang Islam saja yang ditembak Densus 88?

Mengapa RMS tidak demikian?

Mengapa OPM diperlakukan berbeda?

Apakah Bapak menganggap OPM dan RMS tidak begitu berbahaya, padahal mereka mendapat dukungan dunia internasional. Tidakkah mereka jauh lebih berbahaya?



Bapak, mari jujur!

Teroris yang seperti apa yang Bapak perangi?



Jika begini adanya, mohon maaf kami berburuk sangka.

Bapak sebenarnya memerangi Islam, bukan gerakan makar.

Bapak sebenarnya memerangi suatu Agama, bukan gerakan yang menginginkan sebuah negara merdeka.

Bapak, mohon maaf, kami berburuk sangka.



*dari fb Lukman Nulhakim