Pergerakan serentak seluruh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi dibeberapa daerah di Indonesia melakukan demonstrasi memprotes kebijakan pemerintahan Jokowi-JK, bahkan mereka meneriakkan Jokowi mundur dari jabatannya lantaran dinilai gagal membawa perubahan bagi negeri ini.
Hampir setiap daerah kota/kabupaten serta provinsi mahasiswa melakukan demo terkait kinerja Jokowi yang dinilai tak becus. Tetapi media-media mainstream bungkam tak meliput berita aksi para demonstran tersebut.
Pengamat politik Muslim Arbi menilai bahwa Joko Widodo (Jokowi) dibantu pengusaha terkenal tengah menjalankan “Operasi Senyap” untuk membungkam media (Pers) agar tidak mempublikasikan demo mahasiswa menentang Jokowi-JK.
“Jika aksi mahasiswa IPB pada Kamis 19 Maret 2015 tidak diekspose media mainstream, berarti isu yang berkembang ada pengusaha yang melakukan pembungkaman media yang expose berita kritis dan aksi penurunan Jokowi-JK benar adanya,” kata Muslim, Jum'at, 20 Maret 2015.
Menurut mantan aktivis ITB era 80-an itu, cara yang dilakukan Jokowi dengan membungkam media merupakan kejahatan terhadap demokrasi dan pers.
“Berarti pers telah menjadi salah satu instrumen kapitalis yang membungkam suara-suara Rakyat,” paparnya.
Perlu diketahui, lanjut Muslim, bahwa kebenaran dan keadilan tidak bisa dibungkam oleh siapapun, termasuk Rezim Jokowi yang ditopang para kapitalis.
“Karena bicara kebenaran dan keadilan adalah fitrah manusia, siapa pun ia. Jadi percuma saja, upaya pembungkman suara kritis rakyat,” paparnya.
Muslim menilai, semakin kuat rakyat dibungkam, maka akan semakin keras berteriak.
“Di sosial media seperti Twitter, Facebook akan menjadi alat utama perjuangan. Di negara-negara diktator dan otoriter, media harus tunduk kepada penguasa atau dipaksa tunduk. Ketika terjadi Arab Spring, sosial media menjadi alat handal menumbangkan rezim-rezim tersebut,” pungkasnya. [biren muhammad]