Ada orang nulis :
"Jika surga dan neraka tak pernah ada, Masihkah kau menyembah pada-Nya?"
Saya tau ne palingan diambil dari tulisannya Kahlil Gibran atau syair lagunya Dewa 19, Entah ketika itu masih vokalisnya Ari Lasso atau udah ganti Once. Cuma bukan itu masalahnya
Yang bikin saya gedek sendiri, Kenapa pula orang-orang ini kalo bikin perumpaaan atau permisalan selalunya nanggung? Surga dan Neraka adalah kepastian dari Allah, Ganjaran bagi hamba-Nya yang beramal baik atau bermaksiat. Bahkan sering teramat sering Allah "mengiming-imingi" kita dengan surga supaya taat kepada-Nya, Dan bukan cuma sepuluh dua puluh kali Allah "menakut-nakuti" kita dengan neraka biar jera berlaku dosa.
Jadi apa masalahnya kalo memang kita berbuat baik supaya dapat surga atau menghindari maksiat biar jauh dari neraka? Toh itu janji dari Allah?! Dia Yang Menjanjikan ya kita harapkan janjinya?
Memang ada satu unsur lagi dalam trilogi keimanan, yaitu Al-Hubb, alias cinta. Yang mana unsur terakhir ini harus juga ada pada setiap ibadah kita. Tapi bukan lah Al-Hubb ini berdiri sendiri! Sudah Sunnatullah bahwa kehidupan ini terdiri dari memberi dan diberi. Bahkan kepada Allah pun kita memberikan seluruh hidup dan mati. Yang kemudian Dia balas memberi kita ampunan, Rahmat, dan surga-Nya. Jadi wajar, maklum, dan sesuai fitrah manusia, bahwa kita beribadah karena Dia janjikan ganjaran di dunia dan akhirat.
Walhasil, kalo ketemu sama filusuf-filusuf jadi-jadian itu, yang biasanya berdasi liberalis, bilang aja gini:
"Lagak lu tong, Ada surga sama neraka aje lu males ibadah, Apalagi ga ada ?!"
(Fathi Yazid Attamimi)