Lee Kang Hyun, bos Samsung Indonesia yang ternyata adalah seorang muallaf, diapun sudah menunaikan ibadah haji. Lee mempersunting gadis Indonesia bernama Yuliana.
Karena menjadi muslim, Lee sepertinya sangat mencintai Indonesia, dia cukup memperhatikan perkembangan sektor teknologi disini. Lee sangat menyayangkan pemerintahan Indonesia yang kurang visioner akan strategisnya sektor teknologi yang disebut sebagai sektor penyedot mata uang asing ke dalam negeri, sehingga Indonesia tidak selalu kerepotan menghadapi gonjang ganjing fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap mata mata uang asing utama seperti US Dollar.
Lee menganalisis bahwa selama ini, pemerintah Indonesia terlalu mengidolakan sektor properti,otomotif dan ekspor bahan mentah yang justru menguras potensi ekonomi Indonesia. Transformasi teknologi dan elektronika setelah dari Amerika, lalu ke Jepang lalu ke Korea dan Taiwan, setelah itu nyangkut di Singapura, Malaysia dan India...Indonesia terlewat...
Memang betul, setelah Habibie jatuh, presiden-presiden selanjutnya terlalu mengutamakan sektor sektor ekonomi instan seperti properti dan bahan mentah, sektor teknologi seperti dizaman Megawati, Gus Dur dan beberapa kasus didalam masa SBY seperti dibanting sampai luluh lantak prospeknya. Akhirnya devisa asing tersedot banyak ke Malaysia, Singapura dan Thailand. Indonesia hanya menikmati stabilitas nilai tukar yang semu....
Dimasa akhir pemerintahan, SBY baru menyadari arti dari peranan sektor teknologi dalam menggenjot growth dan menciptakan strenght dari ekonomi... Semoga kemajuan ini tidak dihabisi lagi oleh Megawati...bosnya Jokowi.
Sebagai seorang muslim, Lee pasti menginginkan kontribusi untuk kemajuan umat. Peranannya di Samsung sangat signifikan, dan Samsung adalah raja teknologi dan elektronika, inilah peranan nyata Lee.....
Lee mengkritik kebijakan pemerintah yang hanya fokus kepada pengadaan bahah lokal hingga 80 persen, Lee menegaskan menciptakan policy untuk mengarahkan kepada pembentukan sebuah ekososistem industri teknologi akan membuat Indonesia mengarah seperti Korea. Artinya, jangan terpaku kepada bahan baku lokal...kalau perlu rangkaian produksipun diangkut ke Indonesia, sehingga komponen komponen teknologi tidak perlu diimpor lagi....
Bahkan! Ini akan memberi peluang kepada usaha2 teknologi berbasis industri kecil di Indonesia berkembang..... Distribusi ekonomipun akan tercipta... Mirip seperti apa yang terjadi di Korea Selatan saat.ini.
Perlu diingat lagi, bahwa Lee adalah pelaku bisnis dan mentor teknologi. Dia mengerti persis bagaimana cara menciptakan daya tarik bagi industri besar untuk menginvestkan bisnisnya ditanah para wali ini. Cara ini sudah ditempuh oleh Mahathir Muhammad di Malaysia, sejak 3 dekade yang lalu Mahathir sangat paham kalau masa depan ekonomi ada di industri semi konduktor (basis dari teknologi informasi). Lalu Mahathir gak sabaran dengan merealisasikan Multimedia super corridor...dan...meluncurlah Malaysia sebagai negara maju, negara yang menghidupi jutaan TKI Indonesia.
Bayangkan, seorang muslim sepenting Lee jika sudah cinta Islam dia akan memberikan kontribusi yg sangat signifikan untuk kemajuan Indonesia yang berarti kemajuan untuk umat juga!!
Sumber: fb Mutawakkil Abu Ramadhan
***
[Liputan Detik.com]
Lee Kang Hyun: 'Pak Haji' dari Samsung yang Cinta Mati Indonesia
Orang Indonesia cinta Tanah Airnya tentu suatu yang biasa. Tapi bila orang asing yang cinta mati dengan Indonesia, barulah terdengar lebih istimewa.
Ya, banyak warga negara asing yang datang ke Indonesia mulanya hanya untuk bekerja atau wisata. Setelah menginjakkan kaki di sini, mereka malah enggan pulang dan memutuskan untuk mengabdikan dirinya untuk kemajuan negeri ini.
Salah satunya Lee Kang Hyun, Vice President Samsung Electronic Indonesia. Lantaran sudah menetap selama 15 tahun, Lee tak hanya fasih berbahasa Indonesia, ia juga paham betul kebudayaan dan karakteristik masyarakatnya yang majemuk. "Saya itu setengah Korea, setengah Indonesia," ujarnya saat berbincang dengan detikINET saat ditemui di kantornya.
Kecintaan Lee dengan Indonesia berawal dari ajang sahabat pena. Salah satu temannya berasal dari Indonesia. Pada 1989, ia memutuskan untuk mengunjungi sahabat penanya tersebut.
Sambutan hangat dan keramahan keluarga sahabat penanya membuat dirinya betah berlama-lama tinggal di Indonesia. Dan saban tahun, ia pun bertandang ke rumah sahabatnya tersebut. "Ketika pulang ke Korea, mereka sering muncul di dalam mimpi saya. Benar-benar ingat terus," cerita Lee.
"Senyuman orang Indonesia juga paling membekas. Waktu itu mungkin orang asing tidak begitu banyak. Tapi orang-orang di sini tak segan membantu," lanjutnya. Untuk memudahkan berkomunikasi, Lee mempelajari bahasa Indonesia. Ia bahkan mengambil pendidikan khusus selama sebulan di Universitas Indonesia.
Selengkapnya: http://ift.tt/1NtHNUO