DENPASAR - Sejumlah kader Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Bali menjadi Pecalang (petugas keamanan Adat Bali) pada momentum Hari Raya Nyepi Tahun Caka 1937. Partisipasi kader sebagai Pecalang merupakan salah satu wujud penghormatan dan menjaga lingkungan agar Umat Hindu dapat melaksanakan Catur Brata Penyepian dengan khidmat.
Demikian disampaikan Ketua DPW PKS Bali, Mudjiono saat ikut berpartisipasi langsung sebagai Pecalang di wilayah Kota Denpasar, Sabtu (21/3). Mudjiono berjaga bersama Pecalang Banjar Taman Sari Sesetan, Denpasar.
"Hari Nyepi merupakan momentum kita semua, termasuk Umat Muslim untuk menjaga Harmoni Bali. Momen ini sebagai bukti bahwa kita menghormati dan bertoleransi untuk menjaga kedamaian Bali,” ujar Mudjiono.
Selain Mudjiono, Ketua Dewan Pengurus Cabang (DPC) PKS Kuta Selatan, Reza, juga ikut berbaur bersama Pecalang di Mumbul, Nusa Dua untuk mengamankan lingkungan selama Hari Raya Nyepi. Beberapa kader PKS di wilayah lain pun menjalankan hal yang sama. Mereka membaur dengan warga dan turut serta mengamankan lingkungan selama pelaksanaan Nyepi dari tahun ke tahun.
Sementara itu, Ketua Majelis Pertimbangan Wilayah PKS Bali, Agus Yulianto menyampaikan bahwa sudah seharusnya Umat Islam di Bali terlibat aktif dalam menjaga keamanan pelaksanaan Hari Raya Nyepi.
“Karena selama ini pelaksanaan Ibadah Hari Raya Umat Islam di Bali juga diamankan oleh Pecalang Adat Bali,” tulis Agus dalam salah satu akun media sosialnya.
Catur Brata Penyepian merupakan empat pantangan Umat Hindu saat Nyepi. Keempat Catur Brata Penyepian itu antara lain Amati Geni (tiada menghidupkan api), Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelungan (tidak bepergian), dan Amati Lelanguan (tidak menikmati hiburan).
Nyepi merupakan salah satu Hari Raya atau Hari Suci Umat Hindu yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Waktunya bersamaan dengan pergantian Tahun Saka setiap tanggal 1 Bulan Waisaka Tahun Baru Saka.
Sumber: Humas PKS Bali