OLEH AFIFAH AFRA*
Waktu kepulangan masih beberapa jam lagi, tetapi Leo sudah gelisah setengah mati. Tempat kerja sudah sangat membosankan. Sesekali dia melirik supervisornya. Begitu sang supervisor terlihat keluar kantor dan mengendarai mobilnya entah kemana, Leo merasa sangat lega. Beban yang besar pun seperti hilang dari pundaknya. Dengan leluasa Leo membuka Youtube, menonton dengan asyik sebuah konser musik dari Boyband kesukaannya. Sampai waktu pulang tiba, tanpa merasa berdosa, Leo mengemasi peralatannya, mematikan komputer dan melakukan absen dengan menempelkan jarinya ke mesin finger scan.
Lain Leo, lain Sam. Dia tampak begitu bergairah dalam menyelesaikan pekerjaannya. Meski dia datang lebih awal satu jam dari karyawan lainnya, dan selalu pulang paling akhir, dia merasa tetap betah di kantor. Dia sangat menikmati pekerjaannya, sehingga selalu minta agar targetnya dinaikkan. Pekerjaan yang biasa dilakukan karyawan biasa dalam 8 jam, dengan sangat efesien dan efektif, bisa dikerjakan Sam hanya dalam waktu tak sampai separuhnya. Dia sangat konsentrasi dan menguasai bidangnya.
Jika kita melihat keseharian tempat kerja kita, tentu kita melihat orang-orang tipe Leo dan tipe Sam. Dalam Ilmu Manajemen SDM, kedua tipe tersebut disebut Tipe X dan Tipe Y. Teori ini dikeluarkan oleh Douglas Mc. Gregor.
Leo adalah ilustrasi manusia dengan Tipe X. Mereka adalah manusia yang menganggap kerja sebagai beban. Ada bos dia kerja (dengan cemberut), tak ada bos dia kabur atau main game online atau asyik Facebook-an. Bekerja hanya jika ada perintah. Maunya kerja seenak-enaknya, gaji dan fasilitas sebesar-besarnya. Model motivasi dan pendekatan untuk Tipe X adalah: tekanan, kekuatan, mungkin juga punnishment. Manusia Tipe X sangat cocok dengan pendekatan leadership yang cenderung otoriter. Arahan, perintah, dan pengawasan harus terus-menerus. Jangan sampai alpa.
Manusia Tipe Y diilustrasikan dalam kasus Sam. Ya, manusia tipe ini sangat sadar dengan tugasnya, pekerjaannya, kewajibannya. Dan karena itu, tanpa disuruh, tanpa diawasi, tanpa dioprak-oprak, dia akan bekerja dengan baik. Model motivasi untuk dia adalah perhatian, penguatan dan jelas... reward.
Manusia Tipe Y sangat cocok dengan pendekatan leadership demokratis partisipatif. Jangan tekan mereka dengan gaya otoriter, karena potensi mereka justru akan terkubur. Jika Anda bos, atau atasan, jangan ajak karyawan dari Tipe X untuk duduk bersama memikirkan strategi, apalagi visi dan misi perusahaan. Mereka cukup diberi SOP yang ketat, kontrol yang kuat, dan tentu saja ketegasan. Tetapi, Anda tak akan rugi mengajak karyawan-karyawan Tipe Y untuk berbicara tentang konsep, strategi, bahkan grand design perusahaan. Suatu saat, karyawan-karyawan Tipe Y ini akan jadi anggota tim inti dengan kedudukan di top, middle atau minimal first-level management. Mereka adalah teman ngopi Anda yang bermanfaat.
Mengapa ada Tipe X dan Tipe Y. Bisa karena karakter asli (alias bawaan), pekerjaan yang sesuai/tidak sesuai passion, leadership yang kurang, ekspektasi yang tidak sesuai dengan kenyataan, dan sebagainya. Lingkungan dan pola asuh yang tidak tepat, juga bisa membuat orang cenderung menjadi Tipe X.
Lepas dari itu, mari belajar untuk menjadi Manusia Tipe Y. Tanamkan dalam benak kita bahwa bekerja adalah sebuah ibadah. Sebuah amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban, bukan saja oleh bos, tetapi yang lebih penting lagi adalah oleh Allah SWT.
Nah, Anda termasuk tipe Y atau X?
*Sumber: CATATAN AFIFAH AFRA