Antara Istanbul dan Jakarta






Oleh Nandang Burhanudin



Tidak seperti Jakarta yang kini meraih juara sebagai kota terkotor dan termacet sedunia, Istanbul makin hari makin unggul mengalahkan kota-kota dunia. Kuncinya, Istanbul memiliki pemimpin yang tidak seperti Jokowi atau Ahok. Jokowi saat jadi Gubernur, hanya bagus di kamera dan jepretan foto. Sedangkan Ahok, hanya keributan yang dikedepankan. Buktinya proyek-proyek pembangunan Jakarta berhenti.



Jika Erdogan mengikuti Usman Ghazi, pionir Khilafah Utsmaniyah dalam tekad dan kesungguhan, baik saat menjadi Walikota Istanbul hingga menjadi Presiden Turki saat ini. Erdogan bersama tim hebatnya, sukses melalui Repelita pembangunan Turki dengan mulus. Tidak dengan Indonesia. Makin hari makin hancur lebur. Dollar melawan rupiah kini menyentuh 13.000. Di saat ekonomi dunia biasa-biasa saja.



Di antara pembangunan mencengangkan Turki adalah, membangun terowongan bawah laut yang menghubungkan antara Benua Asia dengan Eropa. Terowongan dengan 3 tingkat, yang akan dilalui mobil, kereta cepat bawah laut. Targetnya mengurangi kemacetan di kota Istanbul. Jarak tempuh antar Turki Eropa dengan Turki Asia hanya 40 menit saja.



Jembatan bawah laut* panjangnya 6.5 km, lebar 16.8 meter, dan berada di bawah selat Bosphorus dalam kedalaman 110 meter dari permukaan laut. Turki yang dipimpin Erdogan dan Daud Oglo, benar-benar tengah merealisasikan mimpi. Sedangkan Indonesia dan Jakarta yang dipimpin Ahok-Jokowi, menjadi hantu dalam mimpi.



Di sini saya merasa sedih.



*Silahkan lihat videonya: http://ift.tt/1BrClfS