Palestina - Dia benar-benar seorang yang sabar, tegih dan gigih dalam berjuang di tanah airnya yang terjajah. Bertahun-tahun lamanya kepedihan itu tiada henti, berbagai macam pahirnya kehidupan dia alami. Betapa tidak, dia adalah istri dari seorang yang ditawan di penjara Zionis, seorang ibu yang anak-anaknya mendekam di dalam penjara-penjara Zionis, dan dia sendiri sempat merasakan kejamnya penjara Zionis sebagai tawanan.
Dia adalah Asma Abul Haija, asal kamp pengungsi Jenin. Dia adalah istri seorang tokoh dan pemimpin gerakan Hamas yang mendekam di penjara Zionis sejak tahun 2002 lalu, Syaikh Jamal Abul Haija. Suaminya divonis penjara 9 kali seumur hidup ditambah 20 tahun oleh pengadilan militer panjajah Zionis “Israel”. Dua di antara anaknya mendekam di dalam penjara Zionis, yaitu Imaduddin dan Ashim. Anak ketiganya, Abdus Salam, baru-baru ini dibebaskan dari penjara Zionis setelah dua tahun mendekam sebagai tawanan.
Mati Syahid Hadiah di Hari Ibu
Setelah tanggal 22 Maret 2014 lalu, Asma Abul Haija mendapatkan gelar baru sebagai Umu Syahid, karena salah seorang putranya gugur dibunuh penjajah Zionis. Yakni Hamzah Abul Haija, anak keempatnya yang berusia 22 tahun. Dia dibunuh pasukan penjajah Zionis di kamp pengungsi Jenin setelah berbulan-bulan diburu pasukan penjajah Zionis dan dinas keamanan Otoritas Palestina.
Selama berbulan-bulan Hamzah menjadi buron, Asma tidak bisa melihat anaknya itu seperti biasa. Karena tidak bisa tinggal menetap di rumah sebab terus diburu dan dikejar-kejar pasukan Zionis dan dinas keamanan Otoritas Palestina.
Sehari sebelum gugur, yaitu pada 21 Maret 2014, bertepatan dengan “Hari Ibu”, Hamzah berhasil mengunjungi ibunya di rumahnya yang terletak di kamp pengungsi Jenin. Saat itu Hamzah memberikan hadiah berupa bungan kepada ibunya sebagai ungkapan cintanya kepada sang ibu. Saat itu Hamzah mengatakan lupa membawa hadiah seperti biasanya dan berjanji besok pagi akan membawakannya hadiah paling manis.
Namun sang ibu mengatakan bahwa dia tidak menginginkan apa-apa dari Hamzah dan berkata, “Kamu adalah hadiah paling indah buat saya. Kamu adalah bunga rumah dan dunia seutuhnya.” Malam itu pun berlalu dan sang ibu tidak mengatahui apa yang tersembunyi dari taqdir Allah dan hadiah apa yang akan diberikan anaknya Hamzah pada dirinya besok pagi.
Hari yang Dijanjikan Tiba
Sekitar pukul setengah enam pagi, esok harinya, di atas ranjang sebuah rumah sakit di kota Jenin, Asma mendapatkan hadiah yang dijanjikan Hamzah anaknya. Sebuah hadiah yang agung, yang belum pernah dia dapatkan sebelumnya. Di atas pembaringan itu dia mendapatkan kabar anaknya Hamzah telah gugur.
Kota Jenin hari itu dirundung duka dan kesedihan setelah kematian Hamzah dan dua orang rekannya di kota Jenin, yaitu Mahmud Abu Zinah dan Yazin Jabarin.
Hamzah gugur setelah pasukan penjajah Zionis mengepung sebuah rumah yang dia gunakan untuk berlindung. Terjadi baku tembak yang berlangsung selama berjam-jam. Hamzah sendiri akhirnya gugur. Dia bertempur tanpa kenal takut hingga peluru terakhir yang ada di senjatanya, terus maju melawan pasukan Zionis hingga melukai sejumlah serdadu dan membunuh seorang dari mereka, meski yang terakhir ini tidak diakui oleh penjajah Zionis, sebagaimana biasanya.
Setahun Gugurnya Hamzah
“Ini hadiah paling manis dari Hamzah.” Kalimat ini keluar dari Asma Abul Hajia, ibu Hamzah, setahun setelah kematiannya. Dia mengenang hari yang menyakitkan itu dengan penuh bangga. “Dia telah mengenakan mahkota permata rubi di kepala saya dengan kematiannya pada hari itu,” ungkapnya bangga atas gugurnya Hamzah di tangan pasukan penjajah Zionis.
Ketika ditanya bagaimana respon suaminya, Jamal Abul Haija, saat mendengar gugurnya Hamzah pada hari itu, Asma mengatakan bahwa suaminya langsung bersujud syukur kepada Allah dan meneriakkan takbir yang disambut bergempa oleh para tawanan lainnya yang ada di dalam penjara Zionis.
Setahun gugurnya Hamzah, semakin menambah kesabaran dan keteguhan Asma Abul Haija, tekadnya tidak pernah kendor. Itulah yang dia warisi dari suaminya yang mendekam di dalam penjara Zionis, yang memiliki kesabaran yang melegenda dan menjadi kebanggaan seisi penjara Zionis.
Tak seharipun ibu Palestina ini menunggu penghargaan atas kesabaran dan kegigihannya, serta keteguhannya pada kebenaran. Namun dia yang menorehkan model mengagumkan bagi para ibu seluruh dunia, model seperti Asma Abul Haija yang berkata dengan bangga, “Saya tegakkan kepala saya karena Hamzah, sebab dia mati syahid.”
Sumber: infopalestina.com