Walau pemberitaan aksi demo mahasiswa di media mainstream sepi, hal ini tak menyurutkan para mahasiswa di berbagai daerah untuk terus menyuarakan jeritan rakyat yang semakin menderita di era pemerintahan presiden Joko Widodo.
Bahkan Senin (23/3/2015) kemarin, mahasiswa dari Tegal 'laka-laka' sudah turun ke jalan. Mahsiswa ini 'ora gelem meneng bae' (tidak mau hanya berdiam diri) melihat rakyat makin susah hidupnya.
Seperti diberitakan suaramerdeka.com , mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKIP Universitas Pancasakti (UPS) Tegal menggelar demo di depan Kantor DPRD Kota Tegal, Senin (23/3). Mereka mempertanyakan tentang berbagai program dan janji Presiden Jokowi yang hingga kini belum terrealisasi.
Peserta aksi selain membawa berbagai poster yang berisi kecaman, juga membawa keranda bergambar Jokowi dan mendesak Jokowi mundur serta pulang ke Solo. Sebab, berbagai persoalan yang terjadi tak kunjung diselesaikan secara tegas. “Kami menyampaikan aspirasi ini sebagai bentuk gerakan reformasi karena pemerintahan telah mati. Kami mendesak agar segala bentuk persoalan negara segera diselesaikan. Kami tidak butuh presiden yang hanya bisa tersenyum. Kami mencari pemimpin yang baik, bukan menjadi alat politik,” ujar koordinator aksi, Nur Afan.
Dalam kesempatan itu, aksi yang dikawal ketat aparat kepolisian tersebut mahasiswa juga menyampaikan sejumlah puisi. Yakni, berisi tentang kecaman dan hujatan. Sebab, kenaikan dolar, bahan bakar minyak (BBM) dan sembako semakin membuat perekonomian Indonesia turun drastis. “Kami memberikan kartu kuning kepada presiden karena telah gagal dalam memimpin Indonesia,” tegasnya.
Sementara itu, upaya mahasiswa untuk bertemu langsung dengan anggota DPRD Kota Tegal gagal. Mereka tidak bisa masuk karena pintu gerbang terkunci dan sejumlah anggota DPRD enggan untuk menemui. Peserta aksi kemudian duduk bersama dan membacakan Surat Yasin.