Semakin berkembangnya isu gerakan ISIS di Indonesia ditengarai sebagai bentuk pengalihan berbagai isu nasional. Di saat tekanan publik terutama mahasiswa yang makin massif terhadap kepemimpinan Presiden Joko Widodo, di saat harga-harga barang mencekik rakyat cilik, tiba-tiba isu ISIS diberitakan secara massif oleh media-media di Indonesia.
Anggota Komite I Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, A.M. Iqbal Parewangi, menilai maraknya isu ISIS ini hanya cara untuk mengalihkan isu politik. Hal tersebut diungkapkan dalam diskusi “ISIS dan Upaya Deradikalisme” di Jakarta, Minggu (22/03),
“Kalau dibawa ke Indonesia, ISIS adalah upaya pengalihan isu di dalam carut marut realitas yang terjadi di Indonesia,” ujar Iqbal.
Senator dari Sulawesi Selatan ini juga menilai keberadaan ISIS di berbagai negara diduga adanya bisnis perang global dalam isu radikalisme organisasi yang ada di Indonesia.
"Saya mau katakan bahwa ISIS ini adalah bisnis perang, liat di Timur Tengah, pasca perang dunia ke-1 dan ke-2 tak ada musuh yang nyata, jadi ISIS ini bisnis perang besar yang melanda global," ujarnya.
Dengan begitu, dia meninta pada lembaga dan instansi terkait membuat penyelidikan ini. Pasalnya, dia mencurigai mencuatnya keberadaan ISIS tidak bisa dilepaskan dari bisnis.
"Tak ada salahnya kita menyelidiki, apa ini bisnis perang? Perang itu kan bisnis yang besar, konteks bisnis perang ini kan bisnis senjata," ujar dia.
Lebih lanjut Iqbal meminta masyarakat tidak terlalu berlebihan menanggapi isu ISIS sehingga terkesan paranoid.
“Kita jangan membiasakan pola respon berlebihan dan paranoid. Kalau kita sebut ISIS sebagai gerakan radikalisme, kita lihat pendekatan aksi-reaksi,” ujarnya.
Iqbal pun juga mempertanyakan respon berlebihan dari pemerintah saat menanggapi SMS berisi ancaman akan membunuh Presiden Joko Widodo dan Plt Kapolri, Badrodin Haiti. Padahal, belum lama ini TNI dengan tentara Amerika Serikat telah melakukan kerja sama militer.
“Kenapa di Indonesia responnya berlebihan, dan paranoid atau lebai? Kita lihat beberapa saat lalu TNI dan tentara AS kerja sama latihan. Kita harus melihatnya secara keseluruhan,” ujarnya. (inilah/citizendaily)