Salah satu sudut Kondisi Tolikara dan reruntuhan puing-puing rumah-kios korban pembakaran (foto: Hidayatullah.com) |
Perwakilan Tim Forum Organisasi Zakat (FOZ) saat ini telah berada di Tolikara, Karubaga, Papua, sejak Selasa (21/7) pagi. Dari hasil penelusuran FOZ, yang ditulis dalam Fanpage Facebook Rumah Zakat (RZ), Selasa (17/7) bahwa didapatkan gambaran umum kondisi Tolikara.
Dalam status tersebut, tertulis bahwa shalat Idul Fitri di Tolikara sudah dilakukan sejak tahun 1945 saat Indonesia merdeka secara terus-menerus hingga sekarang. Saat ini jumlah penduduk Muslim di Tolikara sebanyak 1000 jiwa lebih.
Sementara itu, shalat Id di halaman Koramil sudah dilakukan beberapa tahun ini dan tidak pernah ada masalah dengan penduduk pemeluk agama lain. Shalat Id dilakukan dengan menggunakan pengeras suara dalam kapasitas kecil yang hanya di dapat didengar oleh jamaah Sholat Id saja.
Dalam status itu juga tertulis jumlah jamaah Shalat Id yang hadir pada tahun ini sekitar 400-an jiwa, dan pada saat bersamaan dengan Shalat Id, sedang dilakukan pertemuan Kristen Internasional yang dihadiri kurang lebih sejumlah 7000 peserta dari dalam maupun luar Tolikara, termasuk luar negeri.
Babinsa menginformasikan, terdapat 3 kelompok penyerang yang berasal dari wilayah atas, tengah, dan bawah, yang berjumlah sekitar 500 orang.
Akibat penyerangan tersebut, kios yang terbakar berjumlah 64 kios. Diantara kios yang terbakar ada yang digunakan sebagai tempat tinggal, dan sebagai Ruko. Dari kios yang terbakar, teridentifikasi bahwa sebanyak 15 kios milik non Muslim, sisanya sebanyak 49 milik umat Muslim.
Masyarakat meninggalkan ruko saat terbakar. Semeentara Masjid Baitul Muttaqin terbakar sebagai imbas Ruko yang terbakar. Indikasi kebakaran adalah disengaja. Karena sebelumnya terdapat oknum membawa solar dan alat pemantik api.
Akibat penyerangan, 243 orang terpaksa mengungsi. 100 diantaranya adalah Balita. Lokasi pengungsian berada di Kompleks Koramil, dan belakang Koramil. Kondisi pengungsi ada dibeberapa tenda dan rumah dinas koramil.
Kondisi Pengungsi
Saat ini pasokan bahan makanan kurang untuk konsumsi dalam waktu dekat. Bahkan 3 hari ke depan dinilai sangat kurang. Kebutuhan kesehatan pengungsi sudah di akomodir oleh Puskesmas setempat. Terdapat 2 perawat dan 1 orang dokter. Namun dinilai kurang atas pasokan kelengkapan obat-obatan dan tenaga medis.
Pasca penyerangan, beberapa pengungsi mengalami shock sehingga dibutuhkan trauma healing
Rencana Rehabilitasi Tolikara
Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Bupati dan Danramil, Selasa (21/7), telah melakukan peletakan batu pertama pembangunan Masjid di lokasi berbeda dari tragedi pembakaran, yakni dibelakang Kompleks Koramil.
Peletakan Batu Pertama tersebut dilakukan di lahan kosong dengan estimasi ukuran 40 x 15 Meter. Kebutuhan pembangunan masjid diperkirakan Rp15 Miliar dengan asumsi harga bahan bangunan yang cukup tinggi di Papua (harga semen di Papua Rp 2 juta/sak). Diperlukan juga rehabilitasi Ruko untuk normalisasi kehidupan dan usaha.
Sementara itu, Komite Umat untuk Tolikara (Komat Tolikara) juga turut mengirim Tim Pencari Fakta (TPF) yang dipimpin oleh dai asal Papua, Fadlan Garamatan, Selasa (21/7). Bersama 7 orang lainnya, TPF itu akan menyusun informasi sebenarnya yang terjadi di Tolikara, Papua. (abr/dakwatuna)
Sumber: http://ift.tt/1LsgvOM