Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah 66 poin atau 0,47 persen pada perdagangaan hari ini, Senin (24/8). Rupiah terpuruk dan sempat menembus level Rp 14.006 dari sesi penutupan perdagangan hari sebelumnya di Rp 13.940 per dolar AS.
Reuters mencatat, rupiah sampai saat ini telah anjlok 12,95 persen sejak dibuka pada awal perdagangan tahun ini di level Rp 12.400 per dolar AS.
Anton H. Gunawan, Ekonom yang juga Advisor di Australia Indonesia Partnership for Economic Governance (AIPEG), menilai rupiah masih akan bergejolak untuk beberapa waktu terakhir karena banyak sentimen yang memicu pelarian modal dari pasar uang. Dari eksternal, investor menyoroti soal ketidakpastian rencana normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat dan ancaman depresiasi Yuan China dan Ringgit Malaysia.
Demikian dikutip dari CNN Indonesia.
Kelesuan ekonomi yang ditandai dengan lambatnya pertumbuhkan ekonomi dan terus tergerusnya nilai tukar rupiah tentu membuat pusing pemerintah.
Terlebih di awal bulan Agustus kemarin Presiden Joko Widodo sangat yakin kalau pertumbuhan ekonomi Indonesia di bulan September akan MEROKET.
Dan hari ini, tinggal tersisa tujuh hari untuk memasuki 'ROKET SEPTEMBER' namun kondisi ekonomi jauh dari membaik dan rupiah semakin terjerembab.
Melihat kondisi ini, hari ini, Presiden Jokowi mengundang para Gubernur, Kapolda, Kajati seluruh Indonesia di Istana Bogor.
Seperti dilansir bisnis.com, di Bogor Jokowi akan melakukan koordinasi supaya terjadi percepatan program-program pembangunan. Memang, salah satu masalah dalam merealisasikan program pembangunan adalah penyerapan anggaran. Presiden akan meminta para kepala daerah untuk mempercepat penyerapan anggaran. Karena ternyata rendahnya serapan anggaran menyebabkan roda perekonomian nasional kena imbas.
Dan tahukan Anda? Provinsi yang penyerapan anggarannya paling rendah adalah DKI Jakarta. (Baca Koran Tempo: Serapan Anggaran DKI Terendah)
Sementara itu, masih hari ini, pada pukul 15.00 WIB, Presiden Jokowi akan memimpin rapat terbatas dengan topik Perkembangan Ekonomi Terkini.
Melihat realita ini, pertumbuhan ekonomi di bulan September MEMANG SULIT untuk "MEROKET" seiring juga dengan terjadinya Gejolak Ekonomi Dunia, yang berimbas pada makin melemahnya Nila Tukar Rupiah dan pula Gejala Krisis Ekonomi yang juga mulai merambat ke negara tetangga Thailand dan Malaysia turut menekan perekonomian Indonesia.
Namun perkembangan fakta yang ada, harap tidak disikapi dengan kepanikan melainkan tenang, waspada, terus kritisi pemerintah dan DO'A.