JANGAN PARNO DENGAN KATA "KAFIR"


ANOMALI AL KAFIRUN

Oleh: Balya Nur*

Baik muslim maupun non muslim selalu mengutip, "Bagimu agamamu, bagiku agamaku" (lakum dinukum waliyadin) ketika bicara soal toleransi. Kalimat itu adalah ayat keenam dari surah Al Kafirun. Lengkapnya:

1. Katakanlah ( wahai Muhammad ) "Hai orang-orang kafir,
2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."

Walaupun Tafsir Jalalain memasukan surah ini ke dalam surah yang dinasakh (dibatalkan hukumnya) dan dimansukh (digantikan hukumnya) dengan ayat-ayat perang, tapi banyak tafsir lain tidak memakai metode pendekatan nasakh dan mansukh dalam tafsirnya. Karena menurut mufasir lain, tidak ada satu ayat pun yang dibatalkan hukumnya, tapi diseuaikan dengan konteksnya. Misalnya, surah Al Kafirun untuk kondisi damai, dan ayat-ayat perang untuk kondisi perang.

Urusan tafsir memang rumit bagi orang awam seperti saya. Tapi juga memahami orang-orang yang mengutip ayat 6 surah Al Kafirun yang sering digunakan sebagai "ayat toleransi" rada sulit juga. Sebenarnya surah Al Kafirun boleh dibilang ayat yang muhkam (jelas maknanya, mudah dipahami) bukan yang mutasyabih (perlu penafsiran yang mendalam dan detail).

Asbabun Nuzul (sebab turunnya) ayat ini ketika kaum musyrik Quraisy mengajak Nabi bertukar sembahan selama kurang lebih satu tahun. Mislanya, Nabi diminta menyembah sembahan kaum musyrik Qurais selama setahun, sebaliknya musyrik Qurais menyembah Tuhannya Nabi selama setahun. Maka berarti kalau ayat ini digunakan sebagai ayat toleransi, mungkin maksudnya toleransi yang dibatasi oleh aqidah. Artinya, tidak boleh ikutan ritual agama lain. Cuma anehnya, ketika ada umat Islam ikutan ritual agama lain, di televisi ditayangkan dengan judul, "Indahnya toleransi".

Ketika mengutip "Bagimu agamamu, bagiku agamaku" maka konsekuensinya adalah ayat 6 ini berhubungan dengan ayat lain diatasnya. Misalnya ayat 1, "Katakanlah (wahai Muhammad) hai orang-orang kafir" berarti ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad untuk mengakatannya pada orang kafir. Artinya, "Bagimu agamamu" ditujukan pada orang kafir.

Cuma anehnya, mau mengutip ayat 6 ini ("Bagimu agamamu") tapi marah ketika disebut kafir. Padahal dalam negara pancasila ini kafir kan bukan kejahatan, makanya saya salut juga dengan gagah Ahok mengatakan, “saya bangga menjadi kafir tapi tidak korupsi,” tapi ketika kata kafir disandingkan dengan kata pemimpin, ya ngamuk juga dia.

Nah, karena di negara demokrasi ini kafir adalah bukan kejahatan, maka jangan parnolah dengan kata kafir. Kalau masih menganggap kata kafir adalah sebagai hinaan, pertanyaannya, “bagimu agamamu, dan bagiku agamaku” ditujukan kepada siapa?


*Sumber: dari fb penulis