Mengukur AHOK Effect Vs JOKOWI Effect pada PILGUB DKI 2017


Mengukur AHOK Effect Vs JOKOWI Effect pada PILGUB DKI 2017

By: Tengku Zulkifli Usman*

(1) 2 bulan lalu saya pernah nulis, Jika PDIP usung calon sendiri dalam pilkada DKI, maka yang punya peluang adalah Sandiaga Uno.

(2) Waktu itu Sandiaga belum punya wakil, dan kemungkinan Yusril maju sangat kecil, perkembangan terbaru menunjukkan hal berbeda, maka analisanya juga akan beda.

(3) Yang berlaku adalah pasangan yang resmi di daftarkan ke KPU, sebelum itu semua maka semua bisa terjadi, kondisi sangat dinamis.

(4) Jika PDIP berani tampil sendiri dengan mengusung Buwas-Djarot atau siapapun itu, maka peta bisa berubah, besar kemungkinan koalisi PD, PPP, PKB, PAN akan merapat ke PDIP.

(5) Kalau Gerindra-PKS tetap final dengan Sandi-Mardani, besar kemungkinan Gerindra-PKS tidak akan bisa menarik gerbong lain merapat, jadi Gerindra-PKS harus pakai strategi "bakar kapal" gak ada pilihan lain kecuali all out, menang atau kalah.

(6) Sebelum pendaftaran, semua bisa berubah, termasuk komposisi Sandi-Mardani, pengalaman 2012, Bang Sani sudah cetak spanduk, yang maju Hidayat-Didik, saya kenal PKS, selalu menang secara rasional dan kalah terhormat.

(7) Mari kita ukur Ahok Effect secara kasat mata, karena Jokowi effect di 2012 berhasil kalahkan PKS dan semua partai lain.

(8) Apakah Ahok Effect juga kuat di 2017? Jika PDIP gabung ke ahok, maka Ahok effect sangat besar.

(9) Jika PDIP dukung Ahok, ahok effect sangat jelas, membuat dua raksasa bertekuk lutut (Golkar-PDIP) dan secara psikologi bikin gentar semua partai lain.

(10) Namun jika PDIP maju sendiri, atau koalisi dengan partai lain seperti PD, PAN, PPP, PKB maka Ahok Effect sudah tamat, tamat di jakarta, tamat juga di istana.

(11) Istana akan berubah sikap dalam pilkada DKI jika PDIP batal dukung ahok, jokowi akan jinak, intelijen akan lemah, Budi Gunawan akan bermain mata dengan mega, untuk menangkan pasangan pilihan teuku umar.

(12) PDIP maju sendirian itu kemungkinannya kecil, mengingat PDIP bisa mempengaruhi siapapun saat ini untuk bergabung. Di titik ini, besar kemungkinan peserta pilgub DKI hanya 3 saja, PDIP dan Koalisinya, Golkar dan Koalisinya, Gerindra dan koalisinya, ini pertarungan sangat ideal, 3 kekuatan besar di DKI bersama gerbongnya masing masing.

(13) Koalisi PDIP plusnya ada pada kekuatan uang dan intervensi istana, koalisi Golkar plusnya ada di kekuatan uang dan media, sedangkan koalisi Gerindra, plusnya ada pada kekuatan uang, tokoh dan kekuatan mesin partai (note: kekuatan tokoh: jika komposisi Sandi-Mardani di rombak di last minutes).

(14) Kemana jokowi berlabuh dari ketiga blok ini? Jokowi akan berdiri 2 kaki, kaki kanan bersama Ahok dan Kaki kiri bersama PDIP.

(15) Jika PDIP tidak usung ahok, maka jokowi akan salah tingkah, under pressure, jokowi effect dalam pilkada DKI bisa dikatakan tidak ada pengaruh lagi, namun jokowi juga tidak bisa meninggalkan ahok sendirian, karena utang budi dan data korupsi, jokowi akan nurut full ke teuku umar dan lempar senyum ke kubu ahok Golkar, biar aman.

(16) Peluang Gerindra-PKS tetap kuat jika peta nya berubah dan PDIP benar benar usung calon sendiri dengan koalisi mayoritas partai islam, syaratnya rombak Sandi-Mardani, seperti langkah PKS pada pilkada 2012, bang mardani yang kampanye awal, finalnya calon lain, dulu bang sani kampanye awal, pak hidayat pemain akhir.

(17) Apa perlunya merombak Sandi-Mardani? Agar "suud dhon" partai lain terhadap PKS bisa ditekan, agar PKS tidak dituduh ngotot mau kursi DKI 2, maklum, partai lain khususnya partai islam Ahli suud dhon kepada sesama muslim.

(18) Kita setuju, sekarang bukan saatnya bicara kursi dan tahta, semua harus berpikir bagaimana ahok tumbang, bagaimana PDIP tumbang. Mau DKI hebat, singkirkan Golkar dan PDIP dari balai kota, gak ada gunanya salah satunya menang, sejatinya mereka sama sama menang, teliti lah kembali karakter 2 partai ini.

(19) Satu satunya cara membuat ahok effect dan jokowi effect bisa diredam, dengan cara munculkan tokoh kuat dari Gerindra PKS yang dikenal luas dan diterima mayoritas kalangan baik kalangan elit maupun rakyat, Sandi-Mardani belum mewakili semua kriteria ini.

(20) Kekuatan akar rumput PKS dan Gerindra di Jakarta sedang melemah, apalagi pasca Muhammad Sanusi kena kasus Reklamasi, maka baiknya Gerindra PKS menambah beberapa strategi lain untuk menguatkan basis suara, jangan lupa, tokoh baru itu harus mampu menjadi "People Magnet" secara emosi dan "otak kanan" nya warga DKI, inshaAllah peta jalan akan berubah total, yang sudah sah bisa jadi batal, yang sudah duluan senang akan segera tumbang.

Wallahu alam.

*sumber: fb