[FIQIH] Masing-masing Negara Berhak Menentukan Kapan Idul Adha


Oleh Ust. Abdullah Haidir, Lc

Banyak yang bertanya soal puasa Arafah kapan? Idul Adha kapan?

Jadi begini. Penetapan Idul Adha sama prosesnya dengan penetapan Idul Fitri. Yaitu dengan melalui proses rukyatul hilal di akhir bulan tanggal 29 bulan sebelumnya. Kalau Idul Adha berarti pada tanggal 29 Zulqaidah. Dan kemudian diputuskan ketetapannya oleh pemerintah selaku ulil amri. Masing-masing negara atau pemerintahan berhak untuk menetapkan sesuai rukyatnya masing-masing, walau berbeda sehari dengan negara lainnya, asalkan prosesnya memenuhi standar syar'i.

Meskipun banyak perbedaan ulama dalam hal ini, namun prosedur di atas, kini yang banyak diterapkan. Sebab landasannya ada, dan hingga kini, cara ini yang paling mendatangkan maslahat, agar masyarakt tidak terpecah-pecah pendapatnya dan bingung.

Kesimpulannya adalah, untuk tahun ini (2015/1436) pemerintah RI menyatakan tidak melihat hilal pada tanggal 29 Zulqaidah kemarin. Maka Zulqaidah digenapkan menjadi 30 hari, maka hari pertama Zulhijjah jatuh pada hari Selasa lalu, berarti ke-9 hari Rabu besok (23 September) puasa Arafah, lalu tanggal 10 Idul Adha Kamis (24 September). Ternyata di Saudi pun terjadi hal yang sama, hilal tidak terlihat. Akhirnya ketetapnnya sama. Jadi tahun ini keputusan pemerintah Indonesia dengan Saudi sama.

Boleh jadi suatu saat, dan itu pernah terjadi beberapa tahun lalu, ketetapan pemerintah Indonesia berbeda dengan ketetapan pemerintah Saudi. Di Indonesia tidak melihat hilal, di Saudi melihat, atau sebaliknya. Maka prakteknya kita yang berada di Indonesia, mengikuti ketetapan pemerintah Indonesia, sepanjang prosesnya tadi sudah benar. Puasa Arafah di hari ke sembilan Zulhijah, Idul Adhanya di hari kesepuluh. Walau puasa Arafahnya tidak berbarengan dengan hari wukuf jamaah haji. Itu tidak mengapa. Adapun orang Indonesia yang berada di Saudi atau negara lain, ikut keputusan pemerintah setempat.

Wallahu a'lam.