Kontroversi Film "Muhammad" Buatan Sutradara Iran "Children of Heaven"


Film layar lebar tentang Nabi Muhammad Shallallahu 'Alayhi wa Sallam, sejauh ini yang paling terkenal (dan satu satunya?) adalah "The Message" (Ar-Risalah), produksi 1977. Sutradara Suriah, Moustapha al-Akkad yang menggarapnya. Aktor Anthony Quinn menjadi paman Nabi Muhammad. Film itu tidak menampakkan wajah Muhammad di layar. Film yang mendapat penilaian bagus dengan 8.6/10 IMDb rating.

Sekarang, tahun 2015, ada film terbaru tentang Nabi Muhammad. Tak main-main, film ini disponsori negara Iran dengan bujetnya memecahkan rekor film termahal Iran, US$40 juta atau setara dengan lebih dari Rp560 miliar.

Film berjudul "Muhammad" ini disutradarai Majid Majidi (Iran), yang pernah sukses mendapat nominasi oscar lewat film Children of Heaven.

"Saya membuat film ini untuk memerangi gelombang baru Islamofobia di dunia Barat. Interpretasi Barat atas Islam adalah penuh kejahatan dan terorisme," ujar Majidi saat diwawancara Hezbollah Line, majalah konservatif di kalangan Iran.

Film "Muhammad" ini akan dibuat trilogi (tiga film berseri) yang menceritakan kehidupan Nabi Muhammad.

Sebagaimana aturan dalam Islam, wajah Nabi Muhammad sama sekali tidak diperlihatkan dalam film itu. Sinematografer film peraih Oscar asal Italia Vittorio Storaro yang menangani film ini. Sekali waktu Nabi Muhammad hanya diperlihatkan sebatas bayangan. Waktu yang lain lagi kamera digunakan sebagai "mata" Nabi Muhammad sehingga penonton bisa melihat sudut pandangnya.

Sekali, ditampakkan seorang bocah laki-laki sedang bermain. Ia diibaratkan Muhammad, tetapi hanya ditampakkan dari belakang. Pemerannya pun tidak dipublikasikan.

Film pertama sudah rilis di 143 bioskop Iran mulai Kamis (27/8) lalu. Film berdurasi 171 menit ini fokus pada kehidupan masa kecil Sang Nabi. Wartawan lokal melaporkan hampir setiap bisokop penuh selama pemutaran awal film itu. Film ini juga sudah diputar di Festival Film Montreal, Kanada, dan mendapat view tinggi.

Namun, seperti lansir Reuters, film ini mendapat reaksi negatif dari Al-Azhar Mesir dan meminta film itu dilarang.

"Masalahnya sudah jelas. Syariah melarang mewujdkan Nabi," ujar Profesor Abdel Fattah Alawari, dekan Fakultas Teologi Islam di Al-Azhar. Itu berkaitan dengan kehidupan sang aktor yang memerankan Muhammad. Di kehidupan nyata, bisa saja si aktor adalah pemabuk atau pemain perempuan. "Itu tidak bisa diterima," katanya.

Namun menurut Sami Yusuf, salah satu musisi Islam terkondang yang ikut menyanyi untuk soundtrack film Muhammad, pelarangan tayang film itu terlalu dipolitisasi. "Kebanyakan reaksi itu terlalu politis," katanya pada Reuters.

"Saya pun yakin orang-orang di Al-Azhar dan lainnya yang mengkritik film ini belum menontonnya. Mereka hanya melawannya karena itu seperti mengekspor budaya Iran," ujar Yusuf. Ia sendiri mendukung film itu karena belum banyak film tentang Muhammad, apalagi dibandingkan Yesus atau nabi lain di Kristen. Menurutnya, itu memalukan.

"Jika film ini membuat orang-orang di seluruh dunia tahu tentang Nabi secara kita lebih baik dan melihat betapa baik dia, tugas kita selesai," ujar Yusuf berpendapat.

Belum ada komentar resmi dari Arab Saudi mengenai film ini, tempat di mana Islam lahir lebih dari 1.400 tahun yang lalu.

Melihat trailernya di Youtube memang film ini sangat menakjubkan secara sinematografi. Berikut trailernya: