Perintang-perintang Jalan Menuju Allah


"Perintang-perintang Jalan"

Ustad Ali Hasan Bawazer

Ketika seorang hamba telah berkomitmen untuk meniti perjalanan menuju Allah dan ingin dekat denganNya, akan ada "penipu-penipu" dan perintang-perintang yang menghalanginya untuk sampai kepada Allah,,

Pertama, dia akan ditipu dan dihalangi oleh segala macam kesenangan dunia, segala syahwatnya, jabatan dan kedudukan, segala kenikmatan, warna-warni dunia, baik wanita, pakaian, kendaraan dan segala aksesoris semu dari kehidupan ini. Jika dia "tertipu" dengan ini semua, terputuslah jalannya menuju Allah.

Jika dia bisa menyelamatkan dirinya dari rintangan-rintangan ini dan tidak terpukau olehnya, dengan tetap ikhlas dan tulus dalam meniti jalan menuju Allah, dia akan ditipu dengan banyaknya pengikut, penge-like status, dicium tangannya, diberi keleluasaan di majlis-majlis, diminta untuk memimpin doa, diharapkan keberkahannya, dan yang semisalnya. Jika dia tertipu dengan ini, terputuslah jalannya menuju Allah, dan hanya itu saja bagian yang diperolehnya dengan ibadahnya!

Jika dia bisa menyelamatkan dari rintangan ini, dia akan menemui rintangan baru berupa "karomah", kemuliaan yang dirasakannya akibat "kedekatan"nya dengan Allah. Jika dia "menikmati" kedudukannya saat ini, terputuslah jalannya dari Allah, dan hanya itu saja bagian yang diperolehnya dari ibadahnya.

Jika dia bisa selamat dari ini semua, dan ia tetap melangkah dengan senantiasa melihat kepada apa yang Allah kehendaki darinya, dengan meyakini bahwa dirinya adalah hamba Allah, dan bersedia ditempatkan dimanapun sesuai dengan apa yang diridhaiNya, di manapun dan bagaimanapun, apakah hidupnya akan lelah atau santai karena ketetapan tersebut, atau hidupnya penuh dengan kenikmatan atau penderitaan karena ketetapan Allah itu, atau akan menyebabkan dia dekat dengan banyak manusia atau bahkan dikucilkan oleh orang banyak, dia tetap ridha.

Dia tidak memilih untuk dirinya melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Tuannya untuknya. Dia senantiasa berdiri, menanti perintah dan titah Tuhannya kepadanya, untuk melaksanakannya semampunya. Dia menganggap rendah dirinya di hadapan Allah, sehingga ia tidak akan mengedepankan kenikmatan dan kenyamanan dirinya melebihi ridha dan ketetapan Tuhannya kepadanya.

Inilah hamba yang telah sampai. Yang lulus dari segala alang rintangan, dan tidak ada satupun yang bisa memutuskannya dari Tuannya.

Dan taufiq (hidayah) semata-mata hanya dari Allah...