Jangan Perlakukan Media Seperti Sabda Nabi





Media massa kini semakin dekat dengan publik. Media pun tidak pernah lepas dari sorotan mata publik, karena dari medialah kita melihat semua informasi dari berbagai pelosok dunia. Kewajiban sebuah media ialah menyampaikan informasi berupa fakta, yang sebenarnya, dan tidak boleh direkayasa sedikitpun.



Media menyampaikan, mereka didengar, orang-orang mempercayainya, begitu mirip menyerupai layaknya seorang nabi. Inilah yang disebut dengan “Media Seperti Sabda Nabi”. Tapi bagaimana seharusnya kita sebagai seorang muslim memandang media informasi saat ini? Apakah hanya sekedar tontonan, atau bahkan tuntunan?



Lain halnya dengan media, yang disampaikan seorang nabi bukanlah sekedar informasi yang akan hilang ditelan masa, melainkan sebuah kebenaran yang patut didengar, diyakini, dan diikuti. Tidak mungkin seorang nabi menyampaikan sebuah kebenaran yang akan hilang oleh waktu, melainkan akan selalu diikuti sepanjang masa. Ajaran nabi bukanlah sekedar tontonan, melainkan akan menjadi sebuah tuntunan dalam hidup.



Namun hari ini, fakta berbicara sebaliknya. Pasalnya banyak dari kaum muslimin yang sangat mudah terpengaruh oleh media massa, baik itu lewat berita di televisi, koran, maupun radio. Mereka meyakini seakan-akan media menjadi sebuah tuntunan, bukan lagi sekedar tontonan. Orang sudah tak lagi mementingkan kualitas, melainkan lebih memandang kuantitas.



Tak peduli lagi Al-Quran berbicara apa, melainkan hanya meyakini apa yang mereka lihat. Hal ini pula yang pernah dikatakan oleh seorang Adolf Hitler, pimpinan dari organisasi Nazi yang mana ia pernah berkata “Suatu kebohongan yang diulang-ulang akan menjadi sebuah kebenaran”. Begitulah yang terjadi pada kaum muslimin saat ini. Mereka menilai sebuah kebathilan menjadi sebuah kebenaran, hal yang haram seakan-akan itu biasa, yang membela kebenaran dikatakan teroris. Orang pun percaya, karena hal itu selalu diperlihatkan oleh media.



Tak peduli lagi apakah pacaran dilarang dalam Islam atau tidak, karena yang dilihatnya saat ini adalah sebuah tontonan mengatasnamakan Islam yang memperlihatkan pacaran seakan-akan sebuah hal yang biasa. Tak peduli lagi bagaimana menutup aurat yang syar’i, karena yang dilihatnya saat ini adalah kerudung lilit dalam film Islami.



Zionis Israel membunuh ribuan kaum muslimin dan media menampilkannya sebagai kekuatan dari orang-orang kafir yang memerangi Islam, tetapi apa yang media katakan ketika salah seorang karyawan Charlie Hebdo tewas terbunuh? Islam dikatakan teroris. Ini tidaklah adil.



Inilah serangkaian kebohongan dari media informasi, yang tak patut kita yakini terlebih lagi diikuti. Kebohongan media seakan menjadi tipu muslihat, tuntunan Al-Quranlah yang justru membuat kita kuat. Lemahnya aqidah membuat kita goyah terhadap kebohongan, kokohnya iman membuat kita istiqomah dalam kebenaran.



Media berkata kebohongan, orang antusias mengikuti. Al-Quran berkata kebenaran, orang menolak mengikuti. Jadi, masihkah kita mau menjadikan tontonan sebagai sebuah tuntunan? [voa/fs]