[portalpiyungan.com] Sejak 24 Agustus lalu, Turki menggelar operasi militer "Perisai Efrat" (Euphrates Shield) di wilayah perbatasan Turki-Suriah yang dimulai dari Jarablus. Operasi yang bekerjasama dengan pejuang Free Syrian Army (FSA/Tentara Pembebasan Suriah) di utara Suriah itu telah memasuki enam hari dan berhasil membuat kocar kacir teroris ISIS dan PYD (milisi Kurdi).
Pasca keberhasilan mengusir ISIS dari kota Jarablus, pasukan Turki dan FSA terus bergerak untuk membebaskan wilayah sekitarnya yang diduduki milisi PYD.
Pada Ahad (28/8), Turki meningkatkan serangan di utara Suriah. Kali ini tidak hanya pasukan darat dan tank, militer Turki melancarkan serangan melalui jet tempur atau artilteri ke wilayah yang dikuasai Kurdi di dekat Jarablus.
Ekspansi Turki ini membuat Amerika meradang. Pihak AS yang selama ini membackup milisi Kurdi tak terima dengan eskalasi militer Turki yang membahayakan sekutu (baca: boneka) AS.
Dilansir Voice Of America (VOA), Departemen Pertahanan AS mengutuk pertempuran antara pasukan Turki dan lasykar Kurdi dukungan AS yang terjadi di sebelah selatan kota Jarabulus, Suriah.
Amerika Serikat mengatakan pertempuran di Suriah antara pasukan Turki dan satuan-satuan yang beraffiliasi dengan koalisi yang dipimpin Kurdi dan didukung Amerika tidak dapat diterima dan meminta kepada semua pihak agar menghentikannya.
“Kami meminta kepada semua pihak agar meletakkan senjata... Amerika dengan giat membantu usaha meredakan konflik dan menyatukan fokus pada ISIS, yang masih berbahaya dan merupakan ancaman yang dihadapi bersama,” kata Brett McGurk, utusan Amerika bagi koalisi melawan ISIS melalui Twitter.
“Kita ingin menegaskan bahwa kami mendapati pertempuran ini – di daerah-daerah dimana ISIS tidak berlokasi – tidak dapat diterima dan merupakan sumber keprihatinan yang mendalam,” tambahnya.
McGurk mengatakan Pentagon telah mengutuk pertempuran itu.
Namun Turki tak bergeming. Presiden Recep Tayyip Erdogan bersumpah, Turki akan terus melakukan pembersihan kelompok teroris ISIS dan teroris Kurdi yang selama ini meneror Turki dengan bom dan serangan bunuh diri di wilayah Turki.
Hal itu ditegaskan Erdogan saat berbicara di Gaziantep, Ahad (28/8), lokasi ledakan bom bunuh diri di pesta pernikahan yang menewaskan 54 orang beberapa waktu lalu.
"Kita tak akan menoleransi organisasi teror di dalam atau dekat perbatasan kita," ujar Erdogan seperti dikutip Aljazira. "Itulah mengapa kita di (Suriah) Jarablus. Dan, jika memang dibutuhkan, kami tak akan menutupkan kemungkinan melakukan tanggung jawab serupa di wilayah lain."
Pernyataan ini ditegaskan lagi oleh Erdogan dalam pesan memperingati Hari Kemenangan 30 Agustus.
Turki akan terus memerangi terorisme baik di rumah (wilayah Turki) dan di negara-negara tetangga sampai Daesh (ISIS) dan PKK/PYD berhenti menjadi ancaman.
"Turki bertekad untuk mengambil langkah-langkah untuk menjamin keamanan warganya baik di rumah dan di negara-negara tetangga di mana kelompok-kelompok teror berada," kata Erdogan, Senin (29/8).
"Operasi (militer) kami akan berlanjut sampai Daesh, PKK dan afiliasi Suriah yang PYD dieliminasi sebagai ancaman terhadap warga negara kita," kata Erdogan.
Turki tak terkira menjadi target serangan teroris (ISIS, PKK, PYD) yang menewaskan ratusan orang. Maka sudah menjadi kewajiban negara Turki untuk melindungi warganya dari serangan dan ancaman teroris.
Sangat aneh dan sangat munafik kalau AS malah meradang. Padahal AS juga melakukan hal seperti itu saat menginvasi Irak dan Afghanistan dengan alasan memerangi terorisme dan melindungi AS dari ancaman teroris.
Setelah upaya kudeta gagal, sepertinya AS akan terus membuat Turki tidak stabil dengan membackup kelompok teroris.
AS memang selamanya tak akan senang kalau Turki yang islami bangkit lagi jadi kekuatan dunia dibawah kepemimpinan Erdogan.
Sumber: Anadolu Agency