Saudi yang disebut 'wahabi' oleh kalangan Liberal/JIL masih lebih toleran pada warga negara asing non muslim.
Disediakan pantai untuk Non muslim bebas berjemur mengenakan bikini one piece, two piece or no piece.
Disediakan compounds bagi WNA dan dibebaskan untuk mereka dari kewajiban mengenakan abaya.
Begitu banyak WNA non muslim yang mengais rizki di negara yang disebut wahabi tersebut. Tak ada larangan dan hambatan. Tak ada diskriminasi dalam pekerjaan. Bahkan Saudi memahami karakter budaya mereka dan tak turut campur dengan budaya liberal mereka selama dilakukan di wilayah yang disediakan untuk mereka.
Saudi melarang non muslim memasuki 'wilayah haram' sebab tanah haram bukan area wisata dimana orang bebas keluar masuk hanya untuk selfi dan berfoto-foto.
Imagine, hanya menampung umat Islam beribadah saja sudah penuh sesak apalagi bila ditambah turis-turis tanpa kepentingan ibadah. Saudi punya kewajiban untuk menjaga ketertiban, keamanan, dan kekhusukan jamaah yang ingin beribadah di Tanah Haram.
Dan tengoklah negeri Perancis yang dikenal dunia dengan Revolusi Perancis dengan semboyan Liberté, égalité, fraternité (kebebasan, persamaan, dan persaudaraan).
Bahkan pelajar di Indonesia hafal dengan semboyan Revolusi Perancis itu yang dipelajari di bangku sekolah.
Namun kenyataannya mereka berbuat diskriminatif, rasis, dengan melarang wanita Muslim mengenakan pakaian muslimahnya saat berlibur di pantai. (link)
World unfair....
(by Layla Sari, WNI di Jeddah Saudi)