[portalpiyungan.com] Jika selama ini para pendukung Ahok disebut dengan pasukan Ahokers atau Kecebong, namun kali ini mereka mendapatkan julukan baru, Teroris Sosmed, oleh Edy Mulyadi, Direktur Program Centre for Economic and Democracy Studies (CEDeS).
Keberadaan teroris sosmed milik Ahok ini, sejak dimulainya, pengumpulan pasukan yang disebut Jasmev 2017, dan terbetik kabar jika setiap anggota yang ingin mendapatkan bayaran, harus memiliki puluhan akun, dan setiap kelipatan jumlah akun tersebut, akan dibayar.
Sebelumnya para teroris sosmed, yang mulai aktif, ini menghantam akun milik mantan Staff Ahli Kementerian ESDM, Muhammad Saididu akibat postingannya terkait dengan banyaknya warga Negara China (Tiongkok) di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, yang akan berangkat ke Sulawesi Tenggara.
@Saididu dihantam dengan serangan postingan yang dianggapnya sama sekali tidak bermutu. Akhirnya Saididu mengajak pengikutnya agar mau memblokir setiap akun milik teroris sosmed ini. Dengan demikian menurut Saididu mereka tidak akan mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan bayaran, dari hasil menyerang akun yang dianggap mengganggu kinerja mereka.
Jika sebelumnya para teroris sosmed milik pendukung Ahok ini fokus di Jakarta, namun setelah diajak makan malam oleh Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, tiba-tiba saja serangan dialihkan ke Walikota Bandung, Ridwan Kamil, terkait dengan penggusuran.
Setelah melayani beberapa kali serangan berupa pertanyaan dari “petinggi” teroris sosmed Ahok, akhirnya Ridwan Kamil langsung memposting sebuah berita, dimana para warga yang terkena gusuran justru berterimakasih karena diperlakukan secara adil dan manusiawi oleh Ridwan Kamil.
“Usai diajak makan oleh Bupati (Purwakarta), serangan langsung ditujukan kepada Ridwan Kamil, kenapa? Karena pertarungan Jabar satu, dan Ridwan Kamil sudah tentu jauh mengungguli elektabilitas dan pamor Dedi,” ujar @ndyArthrunZarra
Usai Ridwan Kamil, kali ini sasaran mereka ditujukan kepada Adhie M Massardi yang memposting terkait dengan pernyataan Ahok yang menyuruh pihak rektorat mengeluarkan Bobby, mahasiswa yang mengunggah videonya yang menyerang Ahok.
Dan ucapan Ahok selain menyuruh pihak rektorat memecat Bobby, juga meminta Bobby pindah saja ke Arab Saudi, karena Ahok menganggap Bobby rasis.
“Sy juga gagal paham pemikiran Gubernur Ahok yg minta UI pecat Boby bahan suruh pindah ke Timur Tengah…!!” ujar @AdhieMassardi melalui akun twitternya.
Bahkan serangan tidak saja terkait dengan persoalan mahasiswa UI, namun juga bekas jabatan Adhie, sebagai Juru Bicara, pada jamannya Gus Dur menjadi Presiden RI.
“Kalau kita kritik mereka, dibilang RASIS lah – INTOLERAN lah. Giliran mereka hina kita, alasannya KEBEBASAN BEREKSPRESI. Memang jahanam!” Tulis Adhie jengkel dengan teroris sosmed Ahok yang diketahui Adhie dari salah satu rekannya yang direkrut, jika mereka memang menamakan diri Teroris Sosmed.
“Bukan istilah dr saya, Bos. Itu pengakuan teman yg direkrut. Tujuan ktnya mmg meneror. Mknya always serang pribadi.” Adhie menjawab salah satu pengikutnya yang suka dengan istilah Teroris Sosmed yang dipakai Adhie.
Adhie rupanya tidak sendirian, beberapa akun lainnya juga mendukung Adhie. Namun Adhie akhirnya menyatakan tidak akan lagi menggubris akun milik sekumpulan Teroris Sosmed milik Ahok.
“Para TERORIS SOSMED panas dingin baca jawaban2 sy di sini pagi ini. Hanya pagi ini. Besok2 sy tdk akan merendahkan diri ladeni mereka!” tulisnya.
Tak hanya para tokoh yang mulai terganggu dengan keberadaan teroris sosmed ini, beberapa netizen lain juga mengungkapkan keresahan mereka. Umumnya mereka mengecam cara-cara kampungan yang digunakan oleh para pendukung Ahok tersebut.
Para teroris sosmed tersebut umumnya enggan menggunakan cara elegan dalam berargumentasi. Yang lebih mengerikan adalah cara pikir mereka yang sempit dan picik.
Contohnya dalam kasus sampah di sungai Jakarta yang digugat oleh Elisa Sutanudjaja, mereka menyerang dan menuding Elisa bergunjing di linimasa hanya untuk memperoleh proyek.
"Sampah kan memang dikeruk untuk dibuang ke TPA. Apa yang salah?", tanya salah satu akun pendukung Ahok lainnya.
Mereka enggan berpikir hingga menyentuh esensi persoalan. Bahwa yang dilkukan Ahok dengan sampah tersebut hanyalah upaya cari gampang, bukan tindakan solutif.
Masih banyak lagi ulah para teroris sosmed. Tugas kita hanya satu. Bersama-sama menolak dan menanggapi Teroris Sosmed. Dengan demikian keberadaan mereka tidak menjadi sesuatu yang esensial bagi tokoh yang mereka usung.