![]() |
"Jika terorisme, pasti ada bentuk ancaman di sana. Dalam situasi kritis, rekaman menunjukkan bahwa pilot sibuk mengendalikan pesawat," kata Andreas Hananto, ketua tim investigasi dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Senin, 19 Januari 2015.
Hananto yang memimpin 10 anggota tim mengatakan, sejauh ini juga tidak ada tanda ledakan seperti dugaan sebagian orang. Hasil pemeriksaan parameter-parameter pemeriksaan yang mencapai 1.200 parameter, tidak ada indikasi tersebut.
Ia mengatakan hal tersebut untuk menjawab pertanyaan kemungkinan terorisme di balik jatuhnya AirAsia QZ8501. Mereka tidak menemukan indikasi ancaman di kokpit pesawat selama penerbangan berlangsung hingga hilang kontak.
"Kami tidak mendengar suara orang lain selain pilot. Kami tidak mendengar suara tembakan atau ledakan. Untuk sementara, berdasarkan hal tersebut, kami mengabaikan kemungkinan terorisme," ujar Nurcahyo Utomo, salah satu investigator KNKT.
Utomo menjelaskan, rekaman suara di kokpit hampir
seluruhnya dapat didengarkan dengan jelas dari kotak hitam. Informasi lain yang diperiksa adalah rekaman data penerbangan yang juga direkam kotak hitam sepanjang perjalanan.
Namun, mereka enggan menjelaskan lebih lanjut apa yang terjadi saat detik-detik jatuhnya pesawat, karena sesuai undang-undang belum dapat diungkapkan sampai hasil investigasi final diselesaikan.
Hananto hanya mengatakan bahwa pada menit-menit akhir, rekaman kotak hitam menunjukkan suara mesin dan peringatan di dalam kokpit. Namun, rekaman tersebut harus dipilah-pilah lagi untuk diteliti lebih lanjut hingga seluruh rekaman selesai diekstrak. Sampai saat ini baru 30 menit dari rekaman berdurasi 2 jam yang berhasil ditranskrip, termasuk rekaman audio penerbangan sebelumnya hingga 40 menit setelah pesawat hilang.
Sementara itu, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan memberikan penjelasan mengenai jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata, perairan dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, pada 28 Desember 2014 silam.
Menurut Jonan, seperti dilansir dari AFP, pesawat itu berusaha untuk meningkatkan ketinggian dengan kecepatan cukup tinggi, yang melebihi kecepatan normal.
"Di menit terakhir, pesawat naik dengan kecepatan di atas normal," kata Jonan, di Jakarta, Selasa, 20 Januari 2015, mengutip data radar.
"Pesawat kemudian naik dengan kecepatan di atas batas normal kemampuan pesawat, kemudian mengalami stall," kata Jonan.
Sebelumnya, tim SAR gabungan yang dipimpin Badan SAR Nasional sudah menemukan kotak hitam pesawat AirAsia di kedalaman Selat Karimata. Kotak hitam itu berisi perekam data penerbangan (flight data recorder) dan perekam suara kokpit (cockpit voice recorder) yang akan digunakan untuk menyelidiki penyebab jatuhnya pesawat.
Saat ini, kotak hitam masih berada di Komite Nasional Keselamatan Transportasi yang masih mengunduh data awal. Menurut Kepala KNKT Tatang Kurniadi, petugasnya membutuhkan waktu lama untuk mengunduh data awal.
Hingga saat ini, tim SAR gabungan sudah menemukan 53 jenazah dari pesawat AirASia QZ8501. Pesawat AirAsia tersebut mengangkut 162 orang termasuk penumpang dan awak pesawat yang berangkat dari Bandara Juanda, Surabaya, dengan tujuan Bandara Changi, Singapura.
Namun, mereka enggan menjelaskan lebih lanjut apa yang terjadi saat detik-detik jatuhnya pesawat, karena sesuai undang-undang belum dapat diungkapkan sampai hasil investigasi final diselesaikan.
Hananto hanya mengatakan bahwa pada menit-menit akhir, rekaman kotak hitam menunjukkan suara mesin dan peringatan di dalam kokpit. Namun, rekaman tersebut harus dipilah-pilah lagi untuk diteliti lebih lanjut hingga seluruh rekaman selesai diekstrak. Sampai saat ini baru 30 menit dari rekaman berdurasi 2 jam yang berhasil ditranskrip, termasuk rekaman audio penerbangan sebelumnya hingga 40 menit setelah pesawat hilang.
Sementara itu, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan memberikan penjelasan mengenai jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata, perairan dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, pada 28 Desember 2014 silam.
Menurut Jonan, seperti dilansir dari AFP, pesawat itu berusaha untuk meningkatkan ketinggian dengan kecepatan cukup tinggi, yang melebihi kecepatan normal.
"Di menit terakhir, pesawat naik dengan kecepatan di atas normal," kata Jonan, di Jakarta, Selasa, 20 Januari 2015, mengutip data radar.
"Pesawat kemudian naik dengan kecepatan di atas batas normal kemampuan pesawat, kemudian mengalami stall," kata Jonan.
Sebelumnya, tim SAR gabungan yang dipimpin Badan SAR Nasional sudah menemukan kotak hitam pesawat AirAsia di kedalaman Selat Karimata. Kotak hitam itu berisi perekam data penerbangan (flight data recorder) dan perekam suara kokpit (cockpit voice recorder) yang akan digunakan untuk menyelidiki penyebab jatuhnya pesawat.
Saat ini, kotak hitam masih berada di Komite Nasional Keselamatan Transportasi yang masih mengunduh data awal. Menurut Kepala KNKT Tatang Kurniadi, petugasnya membutuhkan waktu lama untuk mengunduh data awal.
Hingga saat ini, tim SAR gabungan sudah menemukan 53 jenazah dari pesawat AirASia QZ8501. Pesawat AirAsia tersebut mengangkut 162 orang termasuk penumpang dan awak pesawat yang berangkat dari Bandara Juanda, Surabaya, dengan tujuan Bandara Changi, Singapura.