[portalpiyungan.com] Dalam banyak kesempatan konflik dan kerusuhan yang menyeret persoalan agama, kaum liberalis di Indonesia kerap menuding bahwa umat Islam lah yang salah, umat Islam lah yang melakukan provokasi dan tindak kekerasan. Bila ada ledakan bom, serta merta kelompok radikal Islam lah yang dicurigai oleh kaum liberalis. Tetapi bila pelakunya adalah umat non muslim, mereka diam, tutup mulut rapat-rapat,
Terkait dengan cap bahwa Islam identik dengan kekerasan dan teror, pemimpin umat Katolik Sedunia Paus Fransiskus menegaskan, Islam tak bisa disamakan dengan terorisme.
Tekanan bangsa-bangsa Eropa kepada Islam, tutur Paus, justru memicu kaum muda Islam untuk berupaya menjaga kehormatan agama mereka dan bergabung dengan kelompok-kelompok garis keras.
"Itu tidak benar, itu keliru untuk menyatakan Islam terkait dengan terorisme," kata Paus yang berbicara kepada wartawan di atas pesawat dalam penerbangan kembali dari Warsawa, Polandia, Minggu, 31 Juli 2016.
"Saya yakin, tidak benar untuk memadankan Islam dengan kekerasan," tegas dia, seperti dikutip Kantor Berita AFP.
Paus juga menegaskan pendiriannya untuk tidak menyebut Islam ketika menyuarakan kecamannya terhadap pembunuhan yang dilakukan dua remaja kepada seorang pastor di Perancis.
"Pada hampir semua agama selalu ada kelompok kecil fundamenalis. Kita pun punya kelompok macam itu," ujar Paus.
"Jika saya harus berbicara tentang kekerasan dalam Islam, saya pun harus berbicara tentang kekerasan dalam Kristen," ungkap Paus.
"Setiap hari saya membaca berita tentang kekerasan yang terjadi di Italia. Seseorang membunuh pacarnya, yang lain membunuh mertuanya, dan mereka adalah orang-orang yang dibaptis sebagai pemeluk Katolik," ujar Paus lagi.
Paus mengeluarkan pernyataannya ini sebagai tanggapan atas langkah umat Muslim di Perancis yang menggelar aksi solidaritas di gereja terkait pembunuhan pastor Jacques Hamel yang tewas dibunuh dua pengikut kelompok teroris Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS), beberapa hari lalu.
Dalam kunjungan lima hari ke Polandia untuk festival kaum muda Katolik, Paus menegaskan bahwa agama bukan kekuatan pendorong di belakang kekerasan.
"Anda dapat membunuh dengan menggunakan lidah, sama halnya dengan memakai pisau," ujar Paus.
Dia menegaskan, Eropa seharusnya melihat lebih dekat tentang isu ini.
"Terorisme berkembang di mana kecintaan akan uang diletakkan menjadi yang utama, dan ketika tak ada yang lain selain itu," tutur Paus.
"Berapa banyak anak muda di Eropa yang ditinggalkan tanpa harapan dan cita-cita? Menjadi pengangguran, lalu mereka menggunakan obat terlarang, alkohol, dan juga bergabung dengan kelompok fundamentalis," tegas Paus.
Pernyataan Paus ini sedikit banyak menenangkan umat Islam Eropa yang selama ini memperoleh tekanan luar biasa akibat pemberitaan dengan pembingkaian negatif mengenai kekerasan ISIS dan berbagai aksi teror yang ternyata setelah ditelusui pelakunya bukanlah umat Islam.
Pernyataan Paus ini bertentangan dengan pernyataan kaum liberalis di Indonesia yang selalu emnyalahkan umat Islam atas konflik horizontal yang kerap terjadi di Indonesia. Sebut saja, konflik di Tolikara dan yang baru saja terjadi, konflik di Tanjung Balai.
Dalam dua konflik tersebut,yang dituding menjadi pemciu kerusuhan adalah umat Islam. Padahaljika dirunut lebih dalam, justru umat Islam lah yang mendapat perlakuan tak layak. Sampai-sampai,suara pengeras masjid pun akan ditertibkan.
Pemerintah pun justru memberi angin segar pada pelaku kerusuhan di Tolikara dengan mengundang mereka ke Jakarta untuk menikmati jamuan makan malam.
Begitulah ulah liberalis di Indonesia. Mereka menghalalkan segala cara untuk meraih keinginan mereka. Bahkan menjatuhkan sesama muslim pun tak segan mereka lakukan.