PBNU Minta Polri Awasi HTI, Memangnya HTI Berbahaya???


Berbahayakah HTI....?

by Ispiraini

PBNU meminta Polri untuk mengawasi HTI... saya lihat ini terlalu berlebih-lebihan sekali, sebab HTI bukanlah sebuah gerakan yg berbahaya, faktanya:

1. Di Palestina, ketika terjadi penjajahan oleh Zionis sekian lama, sampai saat ini yg memanggul senjata dan diburu oleh Zionis adalah orang-orang (pimpinan) Hamas dan faksi jihad lainnya, sementara HT, Zionis sdh hafal mereka tidak bakalan mengerahkan kadernya utk angkat senjata, tetapi mereka akan melakukan masirah binti longmarch bin demo dengan gagah berani sembari membawa spanduk dan TOA, teriak-teriak "khilafah solusi melawan Zionis". Dinegeri terjajah saja mereka tak angkat senjata, apalagi dinegeri ini, bahayanya dimana...?

2. Di Amerika, Inggris, Australia, dan negara kafir lainnya yg merupakan induknya demokrasi dan sarangnya kekafiran, HT bebas mengadakan seminar dg tajuk khilafah dan bobroknya sistem kafir.
Kalaulah HT itu berbahaya, sudah lama HT diberangus, sebagaimana orang-orang al-Qaidah yg diburu dan dicurigai dinegara-negara kafir.

3. Di negeri ini, HTI tidak bisa merubah undang-undang, walau seribu kali mereka demo minta penerapan syariah atau tegakkan khilafah, atau tebar jutaan spanduk dan selebaran. Paling yg mereka lakukan cuma mendatangi anggota dewan -yg tidak satupun yg mereka coblos- untuk merubah undang-undang, sebab kewenangan merubah ada ditangan anggota dewan bukan anggota HTI.

4. Bahkan, untuk buat ormas (walaupun ngakunya parpol) yg bernama HT, mereka mendaftar secara sah lho...

Untuk buat demo atau acara di jalanan maupun di GBK, mereka minta izin sama kepolisian.

Jadi, dimana bahayanya, kelompok yg jumlah kadernya cuma berapa ribu, tak punya senjata, tak punya kewenangan, yg cuma ngandalinTOA, selebaran, website, dan sejenisnya....?

Dimana bahayanya...?

Wong, habis teriak2 demokrasi haram dan golput ketika pemilu, besok mereka mendatangi gedung dewan menyampaikan ide mereka.

Dimana bahayanya..?

Wong, setelah demo haramnya pemimpin kafir, mereka ga nyoblos dan tdk menambah suara calon muslim.

Dimana bahayanya...?

Wong, setelah pasang spanduk haramnya demokrasi, mereka tetap aja masuk kerja sbg PNS (pegawai negara kafir).

KH. Said Aqil Siraj salah agak, agaknya...